Jumat, 18 November 2011

Dalam Penantian
sayup suara alunan sebuah lagu pop yang di dendang kan Noe dan diiringi musik kawan-kawan yang tergabung di grup band letto menyihir pagiku yang nampak temaran karena akhir-akhir ini langit di hiasi awan kelabu yang menggantung tebal di seluruh permukaan langit ini. semakin larutlah aku dalam suasana yang entah seperti apa, karena aku merasakan kesedihan yang amat sedih, namun sekaligus ingin menegarkan hati. bimbang...
"ohh..rasa cinta, bersabarlah menantinya..." itulah salah satu liriknya, judul lagunya cinta bersabarlah, terus ku dendangkan..."bersabarlah...bersabarlah..." hingga air mata meleleh tak tertahankan...
saat itu aku merasakan hal yang begitu luar biasa bahagia semenjak kehadirannya, dan aku merasakan ini adalah hal yang memang istimewa di berikan hanya untukku seorang. aku tak henti-hentinya bersyukur, senantiasa membiasakan diri atas kehadirannya di hidupku saat itu.itulah wanita, ia bisa mencintai dengan sepenuh hatinya hingga meletup-letup di dalam hati. bergema di dinding sanubari. sebenarnya ia tak bisa menahannya, berdetak dalam alunan langkahnya, hatinya serasa membuncah melayang-layang di angkasa...namun perassaan malunya melebihi semuanya.
lalu satu persatu kebahagiaan itu hilang, dari awalnya senyum lebarnya penuh ceria, kini semakin menyusut, mengkerut. sangat jelek.
tahukah, seoranng gadis di tinggalkan ibu tercinta seperti seorang musafir kehilangan arah. ia tak tahu apa yang harus ia lakukan untuk menjadi wanita dewasa. kehilangan banyak pengetahuan mengenai kehidupan nyata yang harus ia tempuh di depan mata. tanggungjawab semakin menumpuk tak tahu harus mulai dari mana. tidak mengerti arah mana yang harus ia masuki. diam, bingung mana yang di pijak terlebih dahulu.
ahh...rasaanya buta. aku hanya sekedar meraba, walaupun beberapa kali aku melakuakan kesalahan, terjatuh hingga terjerambab. berharap ada tangan lain datang menggapaiku, menghapus air mata di pipi.
aku senantiasa menghibur diri di kala aku resah, aku berazam dalam hati sebentar lagi aku akan bahagia, aku masih menyimpan kebhagiaan itu di dinding hati. pertentangan datang silih berganti, akku memeranginya dengan sekuat tenaga untuk membelanya, susah payah aku meyakinkan semuanya termasuk meyakinkan diri sendiri, aku katakan berulang kali "aku akan berbahagia sebentar lagi...izinkanlah".
namun kini, entah apa yang datang. setelah aku memutuskan aku ingin bahagia, namun ternyata yang mengajakku berbahagia tak pernah menjemputku.semuanya diam, sepi tak ada suara ocehan. lelehan itu ssemakin deras tak terbendung, aku malu pada diri sendiri, kenapa aku begitu yakinnya, sementara banyak orang yang tak percaya atas keputusanku dulu di karenakan tidak rasional. aku tak memikirkannya, semua diam membisu. aku yang salah selama ini. aku yang selalu salah hingga sejauh ini. aku marah pada diri ini. menyesali ketidakdatangannya yang ku harapak sepenuh hati.
Ya Allah, aku ikhlas...aku menunggu rencanaMu selanjutnya, dan aku berharap itu adalah keputusanMu yang paling terbaik.

Senin, 31 Oktober 2011

SESAL

Sunting
SESAL
oleh Chitta Iwa Hope pada 31 Oktober 2011 jam 14:21

Membungkamku saat Kau rebut ia dari sisiku

Tangan tak sempat mengais mendamba takdir lain

Bila waktu ku bersamanya Kau rentangkan kembali

Tak mungkin menjadi lebih baik. Kau paling berhak atasnya.

Aku minta Engkau Cintai dia

Layak pelukan hangatnya sebelum aku terlelap di saat gulita menakutiku

Bahagiakan ia untukku

Seperti manis senyumnya untukku, semanis gula-gula cintanya.

kasihi ia, karena kasihnya pantas untuk Kau kasihi

Kau Tahu lembutnya tangan syurgawi saat ia menyentuh pipi kecilku penuh air mata.

Aku minta padaMu, dekaplah ketabahannya dalam PelukMu

Karena dia Tidak pernah pergi jauh dari sisi ini, walau berjuta kali aku menyakitinya dengan duri-duri…

Jaga ia dengan penjagaan yang jauh lebih baik lagi, karena sesalku hanya menjadi gerimis sunyi.

Duhai Pemilik nyawa manusia, aku mohon kepadaMu sekali lagi… tempatkan Bunda ku di sisi MU yang tertinggi.

Sungguh, Bagiku dia adalah manusia berhati malaikat yang senantiasa menjagaku ketika aku tak ada daya.

…T_T…

Sabtu, 08 Oktober 2011

Tentang Kasihnya Sepanjang Jalan



Siapakah yang…
Menyelimuti ku ketika aku tak sadar tertidur dengan buku di pangkuan ku.
Menemaniku ketika aku harus bergadang untuk mengerjakan tugas.
Menelpon ku beberapa kali, ketika jam 6 sore aku belum pulang ke rumah.
Menasehatiku ketika aku mau pergi ke mana pun.
Mengajari ku sopan santun.
Selalu ku sakiti hatinya, tapi dia tetap mencintaiku.
Selalu mencemaskan aku ketika aku tidak ada di rumah.
Mendoakan ku di setiap waktunya.
Menyuruhku makan padahal dia sendiri belum makan.
Merawatku ketika aku sakit, walau pun ringan. Padahal dirinya sedang sakit.
Menyusahkannya dari sejak aku kecil.
Mengorbankan nyawanya demi aku.
Untuk :Mama tercinta
Mama bagaimana kabarmu hari ini?
Hari dimana aku anakmu yang ke tujuh beranjak umur delapan belas tahun. Cucumu sekarang sudah ada enam, yah, semestinya lima, tapi dua mujahid kita dari Palestine (wafa & hiba) harus lahir bareng. Kita tak pernah bosan melihat keluguan mereka ya Ma? Bahkan kita selalu bangga melihat mereka tumbuh semakin cerdas.
Mama, kenapa aku selalu manja ketika menyebut namamu. Kenapa tidak? Mama pasti tahu, aku meminta sesuatu yang aku inginkan pasti lari ke Mama. Bahkan di umur yang sudah matang ini aku masih saja menangis merengek-rengek layaknya anak tiga tahun di hadapanmu. Ma, kok aku belum dewasa ya? Jadi malu... apalagi ketika aku bayi, pasti aku sangat merepotkan mu, Ma. Ya iyalah itu mah sudah jelas.
Ma, masih ingat tidak waktu aku kesetrum? Ah... mama pasti tak akan melupakannya, mama masih sering cerita tentang kejadian itu di sela-sela obrolan dengan keluarga. Begitu juga denganku, ini satu-satunya memori yang tak terlupakan di waktu umurku yang sangat kecil.
Waktu itu kita dirumah hanya berdua, kita siap-siap mau berangkat ke sekolah. Mama waktu itu mematikan lampu di dapur, eh... aku malah ikut-ikutan tanpa sepengetahuan Mama, dan akhirnya aku merasakan rasanya kesetrum pertama kali. Aku menjerit, Mama pasti panik waktu itu. Lalu Mama menarikku dengan handuk. Akhirnya aku selamat. Padahal waktu itu jari kelingkingku masuk kelubang listrik. Hi..hi.., betapa culunnya aku yang sok tahu itu ya Ma?!
Kejadian itu merupakan kenangan kita berdua yang tak akan aku lupakan. Mungkin Mama juga.
Mama, hal yang tidak akan aku lupakan lagi adalah, ketika engkau marah. Hal yang sangat aku benci, apalagi kalau Mama sambil memanggilku sitta iwas shoif. Nggak tahu apa maksud mama memanggil nama itu. Mungkin pertama dari Ita, trus jadi sita, maka di tambah iwas shoif. Kemungkinan sekitar itu.
Tahu nggak Mah, waktu sekolah di MI, aku sering mendengar ayat itu, telingaku selalu panas. Seolah-olah Mama yang marah ada di hadapanku. Padahal baru aku sadari ayat itu mengandung arti musim dingin dan musim panas. Sungguh indah bukan? Sekarang aku bangga di sebut itu. Lucu aja...
Itu artinya bagaimana pun kalau Mama marah nggak akan memanggil dengan sejelek-jeleknya nama.
Mama, rasanya banyak sesuatu yang mesti ku kenang. Saat Mama bawa aku ke rapat kepala sekolah MI, Mama nggak malu bawa anak kecil. Padahal tidak ada kepala sekolah yang bawa anak kecuali Mama. Itu juga kenangan yang paling indah. Nggak kebayang repotnya Mama bawa aku yang tertidur di angkot.
Mama selalu bekerja keras untuk kami, tapi tak pernah meninggalkan tugas wajib seorang ibu. Mama, berapakah yang harus kuganti dari semua ini. Sahabat rasul saja yang menggendong ibunya kemana-mana masih jauh untuk membalas jasa seorang ibu. Apalagi aku Ma. Terlalau sering aku menolak yang kau suruh dan melakukan yang engkau larang. Mama, masih bisakah memaafkan aku?.
Mama, waktu dulu kau melarang ku main ke pasar malam, bergaul dengan orang yang suka mejeng di jalan. Aku tak faham waktu itu. Aku kira Mama itu egois. Tapi kini aku melihat mereka menikah dengan perut buncit.
Mama, ketika aku bertengkar dengan adik, sampai kau menangis, aku tak faham waktu itu, aku hanya ingin pembelaanmu waktu itu. Tapi kini aku tahu, aku yang tak mengerti, dan tak mau mengalah. Bahkan akulah yang menyebabkan pertengkaran itu. Mama, maafkan aku... bahkan aku masih melakukan hal itu akhir-akhir ini. Kakak pernah menyinggung namaku yang berarti kunci kasih, tapi ketika aku ada di rumah selalu kacau.
Mama, konflik yang terakhir yang terjadi antara aku dan Mama ialah kemarin anak asrama putri mau menginap di rumah teman yang lumayan jauh, dengan yakin aku menyanggupinya. Tapi ketika aku minta izin, ternyata Mama melarangnya, sungguh kemarin aku tak mengerti. Mama tahu kan, aku mengurung di kamar dan menangis. Ternyata Mama ingin aku sungguh-sungguh belajar untuk menghadapi UN yang beberapa bulan lagi. Selain itu, Mama sangat khawatir terjadi apa-apa kepadaku.
Mama, terima kasih atas segala perhatianmu. Ketika aku pulang terlambat, ketika ada acara di sekolah, pasti Mama sibuk mencari informasi. Itu saking sayangnya padaku. Mungkin juga pada semua anakmu, menantumu, adik-adikmu, semua merasakannya.
Mama, kini penyakit Parkinsonmu yang membelenggu, sehingga duniamu hanya sekat rumah saja. Apalagi bila penyakit itu datang karena timbul dari kenakalan ku. Mama hanya bisa tertidur, tak bisa apa-apa. karena penyakit itu datang dari fikiran yang stress. Aku hanya bisa membayangkan pergi lagi bersamamu.
Masih teringat pada awal aku masuk pesantren. Engkau menitikan air mata. Sungguh Ma, aku merasa yang paling di sayangi dan yang paling berarti bagimu. Hingga di asrama yang paling ku rindu adalah mama.
Ma, selama ini, yang meluruskan jalanku adalah engkau dan Abah. Kalianlah penyangga tubuhku. Tanpa kalian aku tak berarti.
Ma, cepat sembuh ya, peluk ku dari anakmu yang ke tujuh, dari sepuluh bersaudara.

Selasa, 31 Mei 2011

pilihan

Banyak pilihan, bahkan terlalu banyak. Tanpa banyak kita memilih kita telah di sodorkan pilihan-pilihan yang sama sekali tanpa kita minta sekalipun, walau sama sekali tidak ada yang kita sukai.
Tapi ingatkah, semua pilihan itu adalah ujian, ibaratnya sebuah lorong jebakan yang sengaja di buat agar kita terperosok sedalam-dalamnya, bahkan sulit untuk kembali. Pilihan-pilihan itu yang ada hanya membuat kita berbelok dari arah yang seharusnya.
Jangan membuat kamu memilih salah satunya, ia tak lebih secuil dari kuku jari di bandingkan nyata seluas samudra. Ia tak lebih indah dari apa yang kita hasilkan bila kita melewatinya.
Salah satu dari Pilihan itu yang akan membuatmu menyesal nantinya. Salah satu dari pilihan itu yang akan membuatmu tidak berada dalam sisi keadilan.
Bila kau terperangkap dengan satu pilihan, terlena dengannya yang hanya terdengar lebih merdu, yang nampak indah dari yang kau bayangkan. Semuanya hanya fatamorgana semata, kau benar-benar terperangkap jebakannya. Kau hanya merasakan bayangnya saja. Selebihnya kau tak mendapat apapun, dan merugi.
Hingga kau tau balutan indah dari pilihan itu hanyalah cangkang. Maka kau kan menyadari...siangmu, malammu, bintangmu, rembulanmu, langitmu, bumimu kau berikan percuma. Hingga kau tak kan bisa mengganti waktu-waktu itu dengan hal yang lebih baik seperti yang kau inginkan sebenarnya.
Biarlah hanya rembulan yang tau. Karena pernah aku menyebut namanya saat itu. Cahayanya nampak lebih terang, hingga menyilaukan dan membutakan mata hati. Hingga malamku tak benar-benar indah di saat malam yang ku sebut indah. Aku sebut itu rembulan, kau sebut juga rembulan. Hingga aku berharap tidak terbangun dari mimpi, yang telah menyesakkan. Memenuhi rongga-rongga nafasku. Aku telah salah ada disini, tapi kenapa aku tak kunjung beranjak. Bahkan beberapa kali aku menyadari, belenggu itu yang menahanku. Hingga akhirnya aku pergi, dan benar-benar tak kan kembali.
Lirih-lirih sesal yang ku rajut, berharap menjadi gema pada semesta, hingga langit menyimpannya dan meluruhkan di saat aku tumbuh mengharapkan sebenarnya yang kekal tak kan terputus. Berharap akan ada, telaga yang menghilangkan dahaga perjalananku, hingga lelah ini jadi indah.
Aku benar-benar tak mau kembali.

Rabu, 02 Maret 2011

Ngompreng Di Cirebon

Sore itu cerah, lembayung merah menerebos gumpalan-gumpalan langit negeri para wali. Tak ada rasa kantuk di mataku, sejak dari tadi ketika aku meninggalkan kota kembang. Hanya penat, lelah, dan tentunya sangat gerah. Satu alasan yang membuatku terus tegak melangkah, yaitu satu tujuan. Tujuan awal kenapa aku ada disana....mau tahu apa??? Aku akan mengikuti pelatihan (dauroh). Sebut saja pelatihan “kamu tahu apa?” (gaya di Novel HP, ketika nyebut voldemort) :P
Awal aku menginjakakn kaki di negeri para wali ini tepat berada di terminal Cirebon, aku bersama dua teman sama-sama merupakan pengalaman pertama berada di cirebon. Sedangkan tempat yang akan kami tuju masih jauh. Menurut sms (petunjuk jalan) yang aku dapatkan dari panitia, kami harus naik angkot sebanyak tiga kali lagi dari tempat kami berada saat itu (terminal Cirebon).
Dari pada bingung tidak jelas, kami putuskan untuk shalat. Karena ketika kami sampai di Cirebon, waktu menunjukan sekitar jam 16 sore. Mengingat kami belum shalat dzuhur dan ashar.
Kami masuk terminal lebih dalam lagi, mencari mushala. Subhanallah...tidak pernah aku menemukan terminal yang serapih ini. Sangat nyaman, dan tidak hiruk-pikuk. Tak usah membandingkan dengan yang kulihat selama ini.... (kasi satu jempol untuk kota Cirebon)
Setalah kami shalat, ku baca lagi petunjuk jalan yang tersimpan di Inbox Handphone ku. Beberapa kali aku membaca pesan itu, tapi tetap tak berubah. Kita harus naik angkot sebanyak tiga kali lagi menuju tempat yang akan kita tuju( ya eya lahhh). Kami hafalkan alur perjalanan yang akan kami lalui.
Kami naik angkot pertama, dan beberapa kali meyakinkan pada sopir dimana kami akan berhenti, hingga sopir capek nyebut “iya....,iya....,iya....”.
Naik angkot kedua, kami kebingungan, serasa menjadi alien di planet yang baru kami singgahi...ora ngertiii, lupa kalau cirebon sudah beda bahasa dengan di bandung. Yoo wiss lah...bahasa formal yang kami gunakan (nggak pake “mah”,” teh”,”haturnuhun”).
Pada saat kami menaiki angkot yang ke-tiga kami bertemu dengan teman-teman dari Cirebon, pertemuan pertama dengan peserta pelatihan“kamu tahu apa?” dari mahasiswi IAIN syaikh NurDjati. Mungkin suatu keuntungan untuk kami, karena kami tidak usah repot-repot lagi nyari tempat dimana kami akan turun. Toh ternyata kita sudah punya petunjuk jalan.... dan akhirnya kami sampai di tujuan dengan sehat wal afiat...alhamdulillah. satu yang akan aku ungkap di sepanjang jalan yang aku lewati di kota cirebon adalah...jalanan yang sangat Indah! Tidak macet, rapi, bersih...suer, betah banget ngeliatnya. Tidak usah di bandingkan dengan jalan yang setiap hari aku lewati. (dua jempol untuk Cirebon)
Setelah mengikuti pelatihan“kamu tahu apa?” beberapa hari (lupa, asa lama pisan), kami sudah sangat akrab, terlalu banyak canda diantara kami, serasa banget menjadi orang Indonesia, berbeda-beda bahasa, berbeda-beda suku ( Bhineka tunggal Ika geto loh...). karena berbeda-beda kami menjadi mengenal. Perasaanku, aku menjadi seorang yang paling beruntung di pertemukan dengan orang-orang yang hebat seperti mereka.
Hari terakhir pelatihan“kamu tahu apa?” yang akan selalu kami ingat. Dimana kami di kumpulkan di depan gedung. Kami di bagi dua kelompok, kelompok pertama terdiri dari Belasan perempuan, dan kelompok kedua terdiri dari belasan laki-laki. ;P
Kami akan mendapatkan sebuah pengalaman yang spektakuler. Dimana kami harus pergi dari tempat pelatihan“kamu tahu apa?” , menuju IAIN syaikh Nur Djati. Jarak dari sana sekitar 20 KM. Dan kami hanya di bekali uang sebesar Rp 1000.-/orang, Teraserah akan kami gunakan untuk apa. Mau segelas minuman, atau naik angkot sepanjang 2 KM.... kami pun tidak di perbolehkan membawa Handphone.
Para peserta laki-laki merasa tidak yakin dengan kemampuan kami para wanita. Justru dengan ketidakyakinan mereka, kami merasa tertantang.
Kami kelompok pertama melangkah tegap di sisi jalan raya, sambil bernyanyi lagu penyemangat. Satu tujuan kami...sampai disana tanpa mengeluarkan uang sepeserpun. Setelah jalan beberapa menit, menikmati pemandangan indah industri batu alam, barulah kami mendapatkan kendaraan bak. Tapi sayang...hanya sampai beberapa kilometer saja, setelah itu kami jalan kaki kembali.
Saat haus mendera kami, tiba-tiba kelompok kedua yang terdiri dari peserta laki-laki lewat menaiki truk besar. Mereka mengepalkan tangan menyemangati kami yang lagi jalan kaki. Tapi kami justru mengacungkan jempol kebawah...(baru ngerasa jadi egois, saking siriknya).
Haus kami sudah mendominasi, ada salah satu peserta perempuan berjalan agak kencang, hampir berlari menuju salah satu rumah besar di pinggir jalan, memasuki pagarnya yang tinggi. Kami tercengang...ternyata eh ternyata itu adalah rumahnya. Walhasil kami makan-makan dan menghilangkan dahaga kami dengan berteguk-teguk air es.
Berhubung peserta yang punya rumah punya beberapa mobil dan beberapanya lagi adalah mobil bak, maka kamipun diantar sampai gerbang kampus IAIN sekitar jam 08.30. lebih tiga puluh menit dari ketentuan panitia. Tapi kami adalah kelompok yang lebih awal datang, karena kami melihat para peserta laki-laki masih di jalan menunggu mobil yang akan membawa mereka. Kasiannn........
Setelah usai acara, kami di ajak panitia untuk jalan-jalan ke kasepuhan. Kebetulan lagi rame karena beberapa hari lagi menjelang muludan. Hmmm...banyak banget pedagang!, pas masuk ke kasepuhannya, saya merasa tidak asing. perasaannya sama dengan musium geusan ulun sumedang. Ada kereta, ada gong, ada tombak, ada guci, yang membedakan adalah....adanya bunga-bunga bertebaran diamana-mana. 
Akhirnya kami pulang menjelang maghrib...dengan kesan yang sangat dalam dari pelatihan... “kamu tahu apa?”.
Haturnuhun semuanya...

Selasa, 08 Februari 2011

pergiii

adakalanya kita tak memiliki sebuah jawaban untuk menjawab segala tanya yang datang dengan tiba-tiba. tetapi jawaban itu datang ketika waktu sudah bergulir.
mungkin saat ini tanya-tanya hadir dengan cepatnya, hingga aku tak kuasa mencari jawab. menunggu pun serasa tak mampu. benar atau salah, bisa atau tidak.
hanya berharap semuanya akan baik-baik saja, hingga aku menemukan segala hikmah dari semua tanya.
"ini adalah jalanku!". beberapa kali aku aku berucap kalimat itu. berharap ia akan menjadi sebuah batu karang yang kuat di tengah lautan dasar hatiku.
sekarang, aku akan menempuh sebuah rintangan untuk mencari jawaban atas segala tanyaku.
meski aku merasa gentar, aku akan melawannya dengan sekuat tenagaku.
aku yakin aku sendiri yang akan menentukan. bukan mereka, dan tentunya bukan dia. hanya Allah dan aku yang tahu.
pengorbanan orang-orang terdekat terdekat untukku tidak boleh aku sia-siakan......sedikitpun....
aku kan pergiii...mencari jawaban,
aku akan pergiiii.....meski langkahku terasa begitu berat.
pergiii...izinkan aku pergi, agar semuanya baik-baik saja...