Selasa, 31 Mei 2011

pilihan

Banyak pilihan, bahkan terlalu banyak. Tanpa banyak kita memilih kita telah di sodorkan pilihan-pilihan yang sama sekali tanpa kita minta sekalipun, walau sama sekali tidak ada yang kita sukai.
Tapi ingatkah, semua pilihan itu adalah ujian, ibaratnya sebuah lorong jebakan yang sengaja di buat agar kita terperosok sedalam-dalamnya, bahkan sulit untuk kembali. Pilihan-pilihan itu yang ada hanya membuat kita berbelok dari arah yang seharusnya.
Jangan membuat kamu memilih salah satunya, ia tak lebih secuil dari kuku jari di bandingkan nyata seluas samudra. Ia tak lebih indah dari apa yang kita hasilkan bila kita melewatinya.
Salah satu dari Pilihan itu yang akan membuatmu menyesal nantinya. Salah satu dari pilihan itu yang akan membuatmu tidak berada dalam sisi keadilan.
Bila kau terperangkap dengan satu pilihan, terlena dengannya yang hanya terdengar lebih merdu, yang nampak indah dari yang kau bayangkan. Semuanya hanya fatamorgana semata, kau benar-benar terperangkap jebakannya. Kau hanya merasakan bayangnya saja. Selebihnya kau tak mendapat apapun, dan merugi.
Hingga kau tau balutan indah dari pilihan itu hanyalah cangkang. Maka kau kan menyadari...siangmu, malammu, bintangmu, rembulanmu, langitmu, bumimu kau berikan percuma. Hingga kau tak kan bisa mengganti waktu-waktu itu dengan hal yang lebih baik seperti yang kau inginkan sebenarnya.
Biarlah hanya rembulan yang tau. Karena pernah aku menyebut namanya saat itu. Cahayanya nampak lebih terang, hingga menyilaukan dan membutakan mata hati. Hingga malamku tak benar-benar indah di saat malam yang ku sebut indah. Aku sebut itu rembulan, kau sebut juga rembulan. Hingga aku berharap tidak terbangun dari mimpi, yang telah menyesakkan. Memenuhi rongga-rongga nafasku. Aku telah salah ada disini, tapi kenapa aku tak kunjung beranjak. Bahkan beberapa kali aku menyadari, belenggu itu yang menahanku. Hingga akhirnya aku pergi, dan benar-benar tak kan kembali.
Lirih-lirih sesal yang ku rajut, berharap menjadi gema pada semesta, hingga langit menyimpannya dan meluruhkan di saat aku tumbuh mengharapkan sebenarnya yang kekal tak kan terputus. Berharap akan ada, telaga yang menghilangkan dahaga perjalananku, hingga lelah ini jadi indah.
Aku benar-benar tak mau kembali.