Jumat, 17 Desember 2010

Minggu ini aku tak pulang, bu...




Ku tekuk 45 derajat muka ku saat kau sambut aku di depan rumah.
Kau rengkuh aku dalam pelukan hangatmu.
Degup jantungmu mengatakan kau sangat peduli.
Kau usap pipiku, kau tatap mataku dengan lembut. Semuanya dengan diam.
Setelah kau membenarkan porsi makanku selama sehari. Kau keluarkan sepertiga isi dompet belanjamu, kau kepalkan dalam genggaman tanganku.
Lalu kau mencium keningku dengan lembut.
Aku pergi meninggalkanmu hari itu dengan senyum yang mengembang seperti biasanya.
Menjemput asa dan cita di dunia yang sebenarnya.
***
Ku tekuk 45 derajat muka ku satu minggu berikutnya.
Seperti biasa, kau sambut aku dalam dekapanmu.
Kau memasak masakan terhebat setiap aku datang, berharap aku berlama-lama di rumah.
Setelah aku gemuk kembali, kau kepalkan lembaran-lembaran itu di telapak tanganku, setelah aku menyadari salah satu perhiasanmu sudah raib dari pandanganku.
Walau merasa bersalah, aku pergi tersenyum lagi. Mengira-ngira apa yang akan aku dapatkan di luar sana.
***
Minggu depan aku tak pulang, bu...ada banyak tugas yang harus aku kerjakan.
Ada dunia yang harus aku geluti disini. Bukan aku tak peduli, tapi perhatianku pada kuliah lebih kuat mengalahkan rinduku.
***
Ibu, minggu ini juga aku tak bisa pulang.
Ada kegiatan yang membutuhkan tenagaku disini. Mungkin kau disana akan baik-baik saja bersama keluarga.
***
Aku lupa kalau hari ini seharusnya aku pulang bu, tapi mungkin minggu depannya lagi aku bisa pulang.
Lembaran yang kau beri untuk ku masih cukup. Semoga kau tidak bersusah payah dalam waktu yang cukup lama.
***
Ibu, ada yang aneh dengan kesehatanku. Aku di rawat teman-teman, penyakit lambungku semakin parah ternyata. Minggu ini aku tak bisa pulang dengan kondisi seperti ini. Walau berharap kau yang akan merawatku.
***
Kini aku dalam dekapmu lagi.. Kau sibuk merawatku...kulihat kantung matamu hitam.
Ibu, setua itukah dirimu saat ini... aku menyesal pulang dalam keadaan seperti ini, tak bisa membuatmu tersenyum.
Rindumu dapat ku baca saat ini, tapi selalu mudah kulupakan disana...

Sabtu, 07 Agustus 2010

Tentang Dia

Aku masih duduk di tempat yang sama, terdiam memikirkan alur kehidupan sebagian yang begitu rumit dan begitu indah. Ya indah...ketika ku masih duduk di sini mengerjakan apa yang aku cita-citakan dan kau datang lagi, dari kejauhan lambaian hangatmu membuat ku menglihkan apa yang sedang ku kerjakan,senyum lebarmu membuat bibir ini ikut melengkung ceria, yang asalnya kaku dan bisu, lalu kau duduk di sini “di sampingku” dengan mantap seperti biasanya.
Kau tanyakan kabarku... aku akan selalu menjawab “baik”, dari satu kata ini akan menjadi topik pembicaraan yang panjang oleh mu, begitu panjang, hingga jarum jam pun terasa meloncat dengan cepatnya.
Seolah tak pernah jemu kau terus berbicara padaku, guraumu membuat aku tersenyum lama dan kau akan membalas dengan gelak tawa lepasmu. Orang-orang yang melihat mengerutkan keningnya, mungkin di benak mereka bertanya-tanya “apa yang sedang di bicarakan mereka berdua? Ko heboh banget”.
Selalu saja ada bahan pembicaraanmu, bahan ejekanmu padaku. Semua itu yang tak pernah membuatku memalingkan pandangan padamu... kau adalah sosok yang sangat membuatku tertarik.
Tanpa aku meminta, kau akan datang ketika aku bersedih. tak pernah ku duga kau bisa membaca semua perasaan ku saat itu, kau menghiburku dengan “kata-kata lembut” milik mu, yang tak pernah ku temui lagi selain darimu, “kata-kata lembut” yang sama sekali berbeda dengan kata-kata lembut yang orang lain katakan. Tak selembut yang di bayangkan orang, tapi bagiku selembut kain sutra yang di selendangkan seorang ratu di singgasana. Tak seindah yang orang fikirkan, tapi bagiku indahnya bak bunga sakura yang sedang merekah, Semuanya adalah milik mu.
Saat waktumu habis untuk "duduk di sampingku", kau pun bilang: “aku harus pergi”. Rasa sesalku menggeliat dalam kepalaku, menyesal karena kau harus pergi, menyesal karena ada banyak waktu akan datang tanpamu. Tapi matamu seolah berbicara untuk meyakinkannku, kau akan kembali dan aku jangan khawatir. Aku tahu itu, meskipun kau tak pernah mengatakannya.
Saat ku "duduk" di tempat yang sama menunggumu walau aku tak pernah meminta kau datang, tapi aku berbicara pada diriku sendiri “aku sedang menunggumu”, walaupun kau tak pasti datang, walau kau tahu aku pasti "duduk" di sini. Berhari-hari aku tetap "duduk" di tempat yang sama, tempat dimana kau akan datang seperti biasanya.
Tapi fikirku jangan terlalu berharap, waktumu bukan hanya untukku. Memberikan sebagian waktumu untukku adalah sangat berarti bagiku, kamu adalah orang hebat yang mau "duduk di sampingku", berbagi denganku. kamu adalah orang yang luar biasa yang mau berbicara denganku dan hanya padaku. Tapi semua itu bagiku kau adalah mahkota raja yang di pasangkan di kepala ku, dan hanya padaku dari seluruh orang di wilayah kerajaan.
Dan kau datang seminggu kemudian, amarah bergejolak di dalam hati ketika ku tak sabar menunggumu seminggu terakhir kini sirna sudah, senyum lebarmu menghapus sirna semuanya. Seperti biasanya kau "duduk di sampingku” dengan mantap, berbicara banyak tentang aku, tentang kau, tentang cita-cita mu. Kau tak jemu, dan akupun tak pernah bosan memperhatikanmu berbicara. Aku rasa...hanya kau yang bicara, seisi dunia terasa hening.
Semua itu terjadi dua tahun terakhir, saat indah bersamamu.” Duduk” berdua, berbicara dan tertawa.
Yang sebelumnya ku hanya memandang mu di balik kaca jendela kelas saat bel istirahat berbunyi, ku bisa memperhatikan mu berbicara, saat kau berpidato di depan para siswa, ku menatapmu nanar saat kau pergi meninggalkan sekolah. Dan itu semua berlangsung selama lima tahun lamanya....
Cukup bahagia dengan hanya menulis tentang dirimu pada diari di tiap hari-hariku. Membacanya kembali...lalu menilai diriku sendiri dengan sebutan “orang bodoh”.
Tapi kau dengan mudahnya menangkap sinyal aneh dari ku, yang tak mudah ku tutupi. pipiku merona saat kau hanya bertanya saja. muka ku menunduk saat kau melirik wajahku sekilas saja.
Dan akhirnya kau “duduk di sampingku” saat ini.
Aku sangat senang ktika kau ada di sampingku, tapi sekali lagi, aku tak pernah mengungkapkannya padamu. Dan sekarang setelah ada yang mengatakan aku tak setara dengan mu, kau terlalu sempuna untuk ku, aku adalah orang yang mengganggu kehidupanmu. Bahkan ada yang mengatakan aku membuat kamu berdosa....
Semua itu tidak lah salah..... siapa kamu di mata orang lain, dan siapa aku di mata orang lain.
Kau adalah anak tershaleh yang di miliki keluargamu, kau hafal beberapa juz Al-quran, kau sering mengkaji kitab-kitab hadist, begitu juga siroh-siroh rasul, bahasa Arab mu lancar, budi pekertimu indah di lihat, kamu sangat ramah pada semua orang. ahhh...terlalu banyak lagi yang harus ku ungkapkan tentang kamu.
Lalu setelah itu aku bercermin pada diriku sendiri. Aku adalah anak ternakal di keluargaku, aku pemalas...aku terlalu cuek pada orang lain...dan banyak sekali kelemahanku.
maka, biarlah air tetap mengalir, dan api tetap membara dengan kesendiriannya.

Sepenggal di jalanan

19.00
Ku pandangi jendela bis yang melaju cepat. Memberikan warna-warna kehidupan yang beragam, memberikan arti bahagia dan sedih adalah kesatuan hidup yang tak pernah bisa menyatu dari makna sebenarnya. Jalanan sibuk, kapitalisme merajalela. Wajah-wajah amarah, wajah-wajah tak peduli, wajah-wajah lelah menghiasi setiap degup kehidupan ini berlngsung begitu lama.
Kuperhatiakan loncatan-loncatan pedagang asongan naik dan turun bis ekonomi yang berjejal, diiringi petikan gitar dan suara nyaring mendayu-dayu. Segala bebauan ada disini, semuanya bisa kita “nikmati” tidak lain milik bis ekonomi. Para pedagang pulang dari kota berjejal, tempat dagangan mereka yang kosong ataupun yang masih berisi ikut memenuhi ruang-ruang manusia.
Suara-suara yang memekakkan telinga, silih berganti. Sibuk, dan terburu.
“ leunyi, leunyi!” kernet yang satu.
“maja, bu? Maja?” dan kernet yang lainnya.
Aku tak penat melihat dan mengalami semua ini karena sudah terbiasa. Hiburan yang membuat ujung bibirku sedikit melengkung ke atas. Dengan langit memerah jingga, sayup-sayup suara adzan dari beberapa mesjid di jalan terdengar sekilas-sekilas. Hingga cakrawala berganti peran lagi. Mata ku terpejam, menikmati alunan irama mesin bis, dan jalan yang berkelok-kelok. Aku tidak lelah....

Rabu, 12 Mei 2010

cerpen lagi....


ini adalah cerpen yang keberapa kalinya aku buat, sebenarnya cerpen ini adalah cerpen yang ku ajukan untuk perlombaan di lembaga dakwah kampus saya. tapi ternyata tidak menang sama sekali,,,sempat kecewa sih, karena saya belum menerima kritikan jelek dari teman-teman saya yang baca cerpen ini, rata-rata bilang: " bagus, bagus,,,". siapa yang salah, entahlah....
jadi intinya, aku pengen tahu donk, sisi kelemahan dari cerpen ini dari kawan-kawan semua...biar aku bisa koreksi...


SISI LAIN AKTIFIS
19 Agustus 2009
Malam semakin hening, suara alam mendayu mengantar insan yang kelelahan terlelap di bawa angan lepas. Menjadikan gelap sebagai pelindung dari sepi yang bertepi. Berlindung dari dingin udara yang menusuk dengan selimut-selimut, merengkuh yang menghantar pada kenyamanan tidak abadi.
Tengah malam tepat, ketika sunyi semakin mencekam, mata terpejam di buai mimpi-mimpi. Suara itu, kembali terdengar lirih...sendu, menyekitkan, memecah keheningan. Membukakan mata ini sekaligus menjatuhkanku dari buai mimpi yang telah melambung tinggi. Sejenak ku terganggu. Walau terusik sedikit, ku pejam lagi, suara itu terkalahkan oleh rasa kantukku yang begitu berat. Suara itu masih terdengar samar...samar.... dan akhirnya lenyap, menghilang terhisap menembus pada lorong yang pekat tak berujung.
***
20 Agustus 2009
Pagi buta aku telah ada di kampus. Banyak agenda yang telah kususun waktu dan telah terpilih dari segi prioritasnya. Salah satu yang tereliminasi adalah kuliah ku. Ada kesempatan tidak kuliah selama dua kali saja. Untuk awal masuk kuliah, biasanya dosen dan mahasiswa sering bermalas-malasan.
Agenda pertama konsolidasi aksi dari jam enam pagi. Dilanjutkan dengan aksi hingga siang hari.
Aku dan perempuan yang lain mencorat-coret karton dengan spidol, berisikan coretan-coretan kekesalan yang telah meluap tak terbendung lagi. Keadilan sudah dimatikan di kampus ini. Seolah mahasiswa menjadi kambing congek! Fungsi mahasiswa disini tak lagi jadi Agent of change!
Semangat muda ku membara di kampus ini. Ingin sekali rasanya merebut peradaban gilang-gemilang yang pernah tercipta. Yang hanya jadi sejarah kenangan masa lalu.
Ku kenakan jas almamater, membuktikan rasa cinta ku pada kampus ini. Dengan erat ku kepalkan tangan, dan mengangkatnya tinggi-tinggi. teriakan-teriakan memekakkan telinga, saling cekcok hanya berargumen kebohongan-kebohongan yang membuat amarah semakin memerah.
Mentari yang gagah menjadi saksi, keringat-keringat, dan teriakan tak menbuat surut. Tak ada lelah untuk menyerah. Suara ku lantangkan lagi.
***
Kuhadapi bangunan sederhana, tempat dimana beberapa orang tinggal disini, termasuk aku bagiannya. Lampu ruangan depan sudah gelap. Pintunya rapat, terkunci. Kuketuk kaca jendela dengan lembut.
“Assalamuaklaikum....” Suaraku tertahan.
“Assalamualaikuuuuummm...”Ku ulangi lagi, masih dengan volume suara yang sama. Tapi di perpanjang.
Suara sandal yang terseret malas, terdengar di balik pintu, menjawab salam dengan singkat dan berat. Ia memutar kunci di balik pintu, dan membukanya. Bapak.
Aku masuk rumah, menghempaskan Ransel yang membebaniku bahuku dari berangkat hingga pulang di kamarku.
Bapak tidak bertanya apa-apa mengenai kuliahku dan aktivitasku di kampus, beliau sepertinya sudah tahu persis tentang apa yang terjadi denganku, setelah satu tahun kemarin lelah mengajukan berbagai pertanyaan. Begitupun aku, telah lelah untuk menjawab semuanya.
Ku teguk dua gelas air, mengganti energi yang telah lama hilang. Dahaga sirna sudah...
Tinggal tubuh ini meminta perhatianku, untuk mengistirahatkannya secara total. Cukup delapan jam saja.
Bergegas aku shalat, lalu aku terlelap dengan asa dan mimpi-mimpi di balut selimut rindu... rindu pada sesuatu yang entah apa...
Rindu yang menyesakkan dada. Rindu pada sesuatu yang telah aku lupakan. Kedamaian itu... kapan aku bertemu dengannya lagi? Tapi suara hatiku yang berbicara bukan diri ini. Maka aku sendiri tak pernah menggubrisnya.
***
Aku tersentak kaget, keringat bercucuran di dahiku. Aku kira aku terbangun dari mimpi buruk, yang sangat buruk. Aku meludah ke arah kiri, lalu ku berdoa, jangan pernah terjadi. Tapi suara lirih yang ada di mimpikuku menjadi nyata, terasa jelas diantara sayup dinginnya malam. Sambil menyeka keringatku, kulihat ke arah jam handphone yang ada di sisiku. Tengah malam.
Suara lirih itu membuatku memandang langit-langit kamar yang sudah abu-abu. Suara kesakitan itu. ku cengkram erat-erat selimutku lalu menyingkapkannya. Ku seret langkah ini...ku arahkan tubuhku ke ruang tengah rumah... lalu aku duduk di kursinya, dan meneguk sisa air kemarin. Aku terdiam diantara suara lirih itu.
***
21 Agustus 2009
Pagi buta, dengan perjalan sekitar 26 kilo meter menuju kampus. Ada aksi lanjutan, ini adalah agenda penting setelah kemarin memanas-manasi telinga para pejabat. Sekarang adalah gebrakan, yang harus di tanggapi pihak Rektorat atas kasus ini.
Seperti biasa, mentari menemani langkah kita untuk menyuarakan keadilan di kampus kita tercinta, cakrawala biru tak bertepi melapangkan hati kita. Lebih spektakuler dari kemarin, aksi kita di ikuti tambahan peserta yang cukup banyak. Dan lebih menarik lagi, aksi kita kemarin memancing organisasi lain ikut aksi hari ini, merekapun menyadari ketidak beresan pejabat kampus.
“Revolusiiii...revolusi sampai mati!”
Ya, perubahan total yang kami harapkan, perjuangan untuk mengembalikan hak-hak mahasiswa yang terabaikan. Bukan hanya kuliah, nilai yang memuaskan, sehingga cepat-cepat mendapat gelar. Tetapi sekali lagi sebagai agent of change!
Aksi yang sungguh menarik, terlama, dan sambung-menyambung. Dari pagi hingga sore hari. Hanya satu yang kita tunggu, tanggapan dari pihak Rektorat. Tapi mereka tak memunculkan batang hidungnyapun.
Hari ini, tidak sia-sia, walau telah aksi selama tujuh jam, dan tidak di tanggapi oleh pihak rektorat. maka besok lanjutkan lagi. Dan harus sampai bertemu dengan pihak rektorat.
***
Seperti biasa suasana semakin gelap ketika ku pijak rumah orangtua ku. Kali ini aku di sambut tatapan sinis kakakku yang kebetualan sedang ada di rumah. Tak kuhiraukan.
Terlalu banyak percekcokan sebelumnya. Dan aku lelah menanggapinya, lebih persisnya...aku kalah dengan argumen-argumennya untuk memarahiku. Maka lebih baik aku diam, biar dia terlebih dahulu berbicara.
Ku pura-pura menyiapkan air hangat untuk membuat air susu coklat. Tapi dia tetap diam. Maka aku mengambil kesimpulan, bahwa dia sudah lelah juga menghadapiku, bukan sebaliknya, aku tak seharusnya lelah menerima ceramah gratis darinya.
Akhirnya aku masuk kamarku, dan malam ini aku akan terlelap, tanpa ada gangguan lagi.
***
22 Agustus 2009
“Kawan, kita tunggu dirimu di pinggir kampus.” Kubaca pesan singkat itu sekilas, tak banyak tanya lagi aku segera bergegas merapih kan diri untuk berangkat ke kampus walau hari ini adalah hari sabtu.
Agenda urgen, yang tak mungkin aku tinggalkan. Rapat. Ya, kita semestinya menyusun aksi lanjutan lagi, dan harus lebih heboh dari yang telah kita lakukan.
“Kita memerlukan pamflet yang akan membuat telinga para pejabat lebih memerah lagi, sekaligus mengajak mahasiswa lain menyadari dan berpartisipasi langsung.” Dengan lantang suara ketua koordinator Aksi membahana di ruangan rapat.
“ Saya tugaskan ke Emi!” katanya sambil menunjuk diriku.
Setalah dari itu, aku menyibukan diri di depan komputer di basecamp khusus untuk merancang strategi dari isu kampus saat ini, di temani teman-teman yang ikut menyerukan ide-idenya.
***
Malam ini, jeritan dan suara kesakitan itu datang masih awal. Sekitar jam sembilan malam, ketika pipiku belum sama sekali menempel pada tempat tidur. Aku hanya terdiam di antara sunyi ruanganku, kamar paling ujung di rumah orangtuaku. Menguncinya rapat-rapat. Karena aku takut, takut dengan ketidakberdayaanku menghadapinya.
***
23 Agustus 2009
Ketika aku menginjakakan kaki di gerbang kampus sekitar jam tujuh pagi, di hari minggu, karena tak ada hari libur bagiku. Banyak mahsiswa yang berjalan-jalan di area kampus.
Ku langkahkan kaki semakin bersemangat, aku puas dengan dinding-dinding suram itu yang telah diisikan pamflet yang ku buat kemarin bersama kawan-kawan seperjuanganku. Sungguh, dinding yang berbicara.
Kulihat disana, disana, dan disana... hmmm...bagus sekali...
Seketika itu ada segerombolan orang memperhatikanku, entah apa yang mereka lihat. Tatapan mereka sungguh tajam, menikam. Di tambahkan dengan ekspresi sinis yang terlalu mudah dibaca oleh mataku, walau sekilas.
Aku tak gentar. Jelas, mereka adalah orang-orang itu.
***
Sore hari ketika aku berjalan pulang sendiri setelah agenda-agenda organisasi ku bereskan. Melewati jalan raya, menuju halte bis kota yang akan ku tumpangi. Tapi tiba-tiba...
“Bruuukkk!” Sesuatu membantingku dari belakang.
Tubuhku hampir jatuh terjungkal, tapi aku bisa menyeimbangkannya. ternyata sebuah motor telah menabrakku, dengan secepat kilat motor itu melaju cepat. Tak kulihat dua wajah yang tertutup helm itu. Tubuh bagian kanan terasa ngilu. Dan anehnya tak ada yang memperhatikan kejadian ini satu orangpun.
***
Lebam-lebam, itu sudah pasti. Dan tak tahu apakah ada masalah yang terjadi dengan tulangku, sehingga sangat terasa kaku. Ku rasakan sendiri nyeri yang sangat menyakitkan. Menahannya berusaha menghilangkannya, tapi tak mampu bila hanya di diamkan saja. Tapi jangankan untuk di obati, untuk di bicarakan saja aku tak mampu.
Bersama lirihan suara yang setiap malam hadir, sakitku semakin menjadi. Lalu tangisku pecah. Semakin aku tak bisa berbuat apa-apa kepada “lirihan itu” yang samakin awal kudengar.
***
24 Agustus 2009
Siang itu di kampus di lakukan aksi lagi, dua organisasi bersatu. Di mulai dengan mengajak para mahsiswa baru untuk berpartisipasi. Tanpa dugaan kita, ternyata organisasi yang mendukung pejabat kampus juga melakukan aksi.
Dadaku berdegup, punggung kananku semakin terasa ngilu, tangan kananku kaku. Firasatku bergerak cepat, mengajak tubuh ini untuk mundur dari kerumunan aksi. Tapi ada lagi yang berkata “tidak” padaku. Kakiku terasa menancap pada tanah, kebenaran tidak bisa di bawa mundur...
Mereka semakin dekat dan anarkis, walau masa kami jauh lebih banyak, tapi sepertinya aksi mereka di buat untuk kekacawan. Mereka bersumpah serapah yang menghujani kami.
Dekat, dekat dan semakin dekat, ternyata di kerumunan masa kami ada yang memungut batu dan melemparkannya pada lawan kami, entah siapa, yang jelas itu pasti oknum.
Tidak bisa di elakkan lagi, mungkin ini adalah rencana mereka. Mereka langsung melempari kita dengan batu, sengat ganas sekali. Kulihat satu orang korban yang terkena lemparan batu itu, sikut yang ia gunakan untuk melindungi wajahnya sobek.
Bumi yang kupijak terasa berputar dan bergemuruh hebat. Seseorang menyeretku dengan paksa. Kulihat lagi wajah lelaki yang berlumuran darah hingga berceceran pada jas almamaternya.
Suara pekikan dan jeritan terus bersahutan, batu-batu berterbangan tak beraturan di atas kepala.
Kepalaku semakin berat, bumi yang kuliahat semakin berputar, kaki yang ku seret terasa banyak rintangan yang menghalangi. Tangan kananku yang di seret seseorang semakin tak karuan.
Lalu semua menjadi pekat, membentuk sebuah pusara yang berputar kencang. Gemuruh menghilang, dan suara berdebam terakhir yang kudengar.
***
Kubuka mataku pelan-pelan yang terlihat adalah suram, mataku masih tidak normal. Ku pejamkan lagi lalu membukanya, sahabatku sedang ada di sisiku, wajahnya sayu penuh dengan bekas tangisan. Maka terasa semua sakit yang ada ditubuhku, tidak hanya tubuh bagian kanan, semunya terasa remuk, hingga ke ujung kaki.
Sahabatku terdiam, akupun tak bisa berkata-kata. Masih jelas tergambar kejadian itu di kepalaku. Terlalu sedih bila di tangisi. Mungkin banyak teman-teman ku sedang di rumahsakit, dan mengalami luka yang sangat parah.
Biarlah aku dirawat hanya dikosan sahabatku saja. Walua aku tahu aku sempat terinjak-injak masa.
***
25 Agustus 2009
Pagi ketika aku menginjakkan kaki di depan rumah orangtuaku, sehari setelah kejadian itu. Mungkin orangtuaku sudah tahu berita tentang kejadian di kampus kemarin. Tapi tak ada satu orang pun ada didalamnya. Kutanyakan pada tetangga.
Dengan merasa aneh tetanggaku menjawab. “Bukanya Ibu sedang di rawat di rumah sakit Nenk? Ari enenk Emi kemana aja atuh.. emang nggak di kasih tahu ya?”
Ku balas dengan senyuman. “Rumah sakit mana ya bu?.”
“Rumah sakit umum, katanya yang biasa Ibu kontrol.”
“Makasih...bu...”
Dengan lemah, ku arahkan tubuhku ke jalan raya kembali. Menyetop angkot yang akan membawaku kerumah sakit umum, tempat Ibuku di rawat.
Alasan keluargaku tidak memberi tahuku kejadian-kejadin di rumah sudah biasa aku dapatkan. Tapi bila tentang Ibu dirawat adalah sangat keterlaluan. Walau aku merasa semuanya memang salahku.
***
Aku terdiam di lorong rumahsakit, di depan ruangan tempat Ibuku di rawat. Keluargaku tak memberikan sedikit sapaanpun padaku. Aku faham.
Ternyata sakit hati itu sangat menyakitkan di bandingkan rasa sakit tubuhku oleh injakan-injakan saat kejadian kemarin. Bahkan itu di perlakukan oleh keluargaku.
Hingga akhirnya ibuku menghembuskan nafas terakhirnya. Sesalku tak terbendung lagi. Selama tiga tahun aku menghabiskan masa SMA ku di tempat yang jauh darinya, dan dua tahun terakhir aku tak pernah meluangkan waktu untuknya. Siangku untuk kampus, malamku untuk diriku, sangat jarang aku bertemu dengannya, walau satu rumah. Sudah lupa aku pada senyuman manisnya, sudah lupa aku pada peluknya yang begitu hangat, setelah penyakit struke menimpanya.
Yang aku ingat adalah lirihan sendu yang menyakitkan ketika penyakit itu datang menemuinya dimalam-malam itu. Dimana aku hanya terdiam dan tidak mengobatinya.

Sabtu, 08 Mei 2010

kekuatan


hidup adalah perjalanan, hanya perjalanan yang cukup singkat, dan kehidupan adalah sarana pengumpulan pahala untuk kehidupan yang kekal.
maka perjalanan adalah sebuah roda, berputar dari atas ke bawah, begitupun sebaliknya dari bawah ke atas. itu semua adalah kehidupan, selalu ada perubahan yang signifikan.
perjalan juga berarti sebuah proses, proses pendewasaan.
bila kita sekarang ada di atas, maka syukurilah apa yang telah ada. bila pun sedang berada di bawah, maka ingatlah bahwa itu adalah sebagai pengasah mental kita. ingat, dengan firman Allah, sesungguhnya Allah tidak membebankan kecuali sesuai dengan kemampuan kita. maka yakinlah dengan diri kita, bahwa kita bisa menghadapi serumit apapun masalah yang terjadi pada diri kita.
masalah-masalah yang kerap membuat kita merasa kecil dan kerdil. di tambah dengan keluh seakan kekuatan bukanlah milik kita.
tapi sadarilah, hitung masalah yang sedang kita hadapi. seberapa banyak masalah yang kita miliki dengan jumlah yang tidak bermasalah. kita masih punya beberapa yang tidak bermasalah. itu adalah kekuatan kita.
yang terpenting adalah ada Allah bersma kita, Dialah Maha pemberi kekuatan.

kenapa aku menulis demikian?karena aku yakin atas kekuatan yang aku miliki. walaupun hanya beberapa, itu adalah kekuatan. dengan kekuatan yang separuh itulah aku bisa melawan masalah.
yang pasti dengan yakin bahwa Allah akn menolong kita.
sahabat, yakinlah atas pertolongan Allah.

Rabu, 07 April 2010

Mother i Proud to be Muslimah

Anakku, mengapa kita patut berbangga menjadi seorang muslimah? Dahulu sebelum islam datang, kehadiran anak perempuan dalam sebuah keluarga sangat tidak diharapkan, mereka malu dan merasa mempunyai ‘aib jika meraka melahirkan anak perempuan. Sampai-sampaimereka tega membunuh anak perempuan mereka dengan menguburnya dalam keadaan hidup. Hati kemanusiaan mereka pun rusak sehingga manusia pada masa jahiliyah tega membunuh anaknya sendiri. Mereka menganggap bahwa anak perempuan tidak dapat membantu mencari rezeki, dan para orang tua takut bahwa kelak mereka akan menyebabkan kehinaan.

Kadang kala anak perempuan ditawan oleh suatu kabilah yang menyerang mereka , sehingga mereka menjadi penyebab kehinaan kabilah tersebut dan mencoreng kehormatan bapaknya. Karena alasan itulah mereka membunuh anak-anak perempuan dengan menguburnya hidup-hidup. Demikianlah pandangan mereka terhadap anak-anak perempuan. Oleh karena itu Al-quran menegaskan : “Dan apabila seorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan mengubur kedalam tanah (hidup-hidup) ketahuilah alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu” QS.An-Nahl :58-59

Al-kheyr lillaah wasy syarru li ma’shiyatillah, Alhamdulillah setelah datangnya islam, mereka yang hatinya dibutakan karena kebodohan mereka sekarang berubah pola fikirnya mengikuti apa yang telah diajarkan didalam Al-quran dan as-sunnah . Islam merupakan agama yang sempurna, didalamnya terdapat aturan dan bimbingan untuk segala bidang kehidupan.

Islam juga merupakan obat segala macam penyakit. Islam dapat mengatasi segala penyakit yang sulit disembuhkan, bahkan islam mampu menanggulangi segala penyakit yang sudah parah. Kenapa bisa demikian? Karena islam merupakan petunjuk Allah. Disamping itu islam merupakan petunjuk Rabbani untuk memperbaiki manusia. Islam adalah peraturan-peraturan Allah : ” Dan siapakah yang paling baik peraturannya daripada Allah bagi orang-orang yang beriman?” Berbanggalah kita karena Allah telah menjadikan kita sebagai muslim. karena setiap ibadah dan amal shaleh yang kita kerjakan sesuai dengan syari’at akan mendapatkan pahala, ketika seorang muslim tidak mendapatkan dunia, tapi pasti kelak ia akan mendapatkan akhirat, tapi sebaliknya bagi kaum kuffar, walaupun ia mendapat dunia (kekayaan dan kemegahan dunia) ia tidak akan mendapat apa-apa diakhirat kecuali adzab dari Allah.dalam Al-quran disebutkan : “Itulah orang-orang yang tidak memperoleh (sesuatu) diakhirat kecuali neraka,dan sia-sialah disana apa yang telah mereka usahakan (didunia),dan terhapuslah apa yang telah mereka kerjakan” QS. Al-Huud : 16

Dari Abu hurairah RA ia berkata: Rasulullah SAW bersabda :“ Islam bermula dalam keadaan asing,dan ia akan kembali asing seperti semula. Maka Thuba (beruntunglah)orang-orang yang asing itu (al-ghuraba’) HR.Muslim . Yang dimaksud dengan ghuraba’ adalah orang-orang yang mengadakan perbaikan ketika manusia telah rusak / orang-orang yang memperbaiki sunnah Rasulullah SAW yang telah dirusak oleh manusia sesudah Rasulullah SAW.

Marilah anakku, kita bersama-sama berusaha untuk menjadi ghuraba’, dan ketahuilah nak, saat kita berjalan diatas jalan kebajikan, maka ketahuilah jalan itu pasti banyak sekali rintangannya, contoh kecil saat kita memakai kaos kaki sebagai penutup aurat, banyak bibir yang mencibir bahwa kita demam, mereka tertawa dan sebagainya. Selanjutnya kita wajib bersabar karena kesabaran adalah senjata pemusnahnya. Allah SWT berfirman dalam Al-quran yang berbunyi : “ sesungguhnyaorang-orang yang berdosa, adalah mereka yang dahulu menertawakan orang-orang yang beriman. Dan apabila mereka (orang-orang beriman) melintas dihadapan mereka, mereka saling mengedip-ngedipkan matanya. Dan apabila kembali kepada kaumnya mereka kembali dengan gembira ria. Dan apabila mereka melihat ( orang-orang mukmin), mereka mengatakan, “ sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang sesat” padahal (orang-orang yang berdosa itu), mereka tidak diutus sebagai penjaga (orang-orang mukmin). Maka pada hari ini, orang-orang yang beriman yang menertawakan orang-orang kafir. Mereka (Duduk) diatas dipan-dipan melepas pandangan. Apakah orang-orang kafir itu diberi balasan (hukuman) terhadap apa yang telah mereka perbuat? QS. Al-Muthaffifin : 29-36



Anakku belahan jiwaku, Ibumu ini hanya ingin menegaskan bahwa kita patut berbangga menjadi seorang muslimah, islam itu agama yang penuh dengan kebajikan, karena islam datang sebagai Rahmatan lil ‘alamin. Agama yang mengajarkan kita bagaimana untuk berakhlaq, Islam mengatur bagaimana kita harus menghormati yang usianya diatas kita, menyayangi orang yang usianya lebih kecil dari kita, serta mengajarkan kita untuk memuliakan tamu. Ada kisah seorang turis dari amerika bernama George datang ke pedesaan india, ketika jalan sekian jauh, ia bertemu dengan petani india non muslim, ia haus dan meminta segelas air dari petani tersebut, setelah gelas itu dikembalikan, petani tersebut memecahkan gelasnya karena menganggap orang yang diluar agamanya adalah najis, George kaget lalu melanjutkan perjalannya, dalam perjalanan berikutnya ia bertemu petani muslim dan meminta segelas air darinya, setelah mengembalikan gelas, George heran karena gelas tersebut tidak dipecahkan seperti yang dilakukan petani non muslim tadi, lalu ia bertanya kepada petani muslim tadi, knp ia tdk memecahkan gelasnya? Lalu petani itu menjawab : didalam islam kami diajarkan untuk memuliakan tamu, George tersanjung dan simpatik, kemudian akhirnya ia memeluk agama islam. Dari islam kita juga banyak mendapatkan ilmu. Karena menurut islam agama adalah ilmu pengetahuan, sedangkan ilmu pengetahuan adalah agama. Tahukah kau nak, buku-buku umat islam senantiasa menjadi referensi ilmiah yang dipelajari diberbagai universitas diEropa dan Negara-negara dibelahan dunia lainnya, seperti buku Qaanun fi thib karya Ibnu Sina, buku Al-haawiy karya Ar-Razi, buku At-Tashriif Liman ‘Ajizanit ta’liif karya Abul Qasim al-zahrawiy dan buku Al-kulliyaat karya Ibnu Rusy. Semua ini adalah buku kedokteran. Buku-buku tersebut menjadi referensi ilmiahbertaraf internasional. Demikian pula halnya bidang ilmu astronomi, matematika dan aljabar. Kaum muslimlah yang menemukan ilmu aljabar yaitu oleh Al- khawarizimi. Aljabar ditemukanuntuk menyelesaikan persoalan-persoalan warisan dan wasiat. Sekali lagi, berbanggalah nak, Doa ibu agar kita selalu ditetapkan hati kita kepada islam..



(Waro'ah/voa-islam.com)

http://www.voa-islam.com/teenage/proud-to-be-muslimah/2009/07/07/144/mother-

mengenang teman

Beberapa hari lalu di suatu malam, ketika ku seharus sibuk dengan buku-buku mata kuliah untuk persiapan ujian tengah semester, tiba-tiba hanphone "si mart"-ku berdering nyaring sebentar, menandakan suatu pesan sudah muncul di layarnya.
kubuka,ternyata nomor baru. isinya seperti ini: "woooii! lg ngapain neh?! ada yang mau ikt g k tasik"
ku balas smsnya, dengan rasa sebal. "maf, sareng sahanya?"tanyaku.
ehhh dia ngebales: "sma temen loe di mts nuurul aimaan..."
weiiisss busyet, temanku di mts bisa berubah sedahsyat ini? tapi aku masih penasaran, siapa gerangan makhluk ini?(hehe emangnya apaann?)
tak kubalas, biar dia ngaku sendiri. ternyata caraku tepat.
dia ngesmsku lagi "tha tau khan dengan yang namanya Rony?"
memoriku melyang jauh...lalu jatuh terharu biru...ya Rony, teman Mts (SMP)ku dulu. yang sudah kulupaka ntanpa sengaja, yang tidak ada di benakku sama sekali...(maaf kan aku...)

Rony (bukan nama sebenarnya), di temanku semasa SMP. kenapa aku sempat melupakannya?karena dia tak bersama kami selama 3 tahun. hanya satu tahun saja yang begitu banyak memori memngungkap kenang tentangnya.
dia murid baru ketika kami menginjak kelas tiga SMP. dengan kacamatanya dan gayanya yang rapi, dia menjadi cukup terkenal di sekolah.
baru masuk saja dia langsung di tunjuk menjadi ketua murid karena tampangnya yang meyakinkan. tapi tidak denganku, rasanya di perlu di ospek dulu sebelum dia sah menjadi teman di kelas kita.
karena kebanyakkan teman-teman ku memilih dia sebagai ketua murid, aku langsung tidak menerimanya, saat itu ada ibu guru yang membimbing kami.
"bu, apakah pantas murid baru langsung di jadikan ketua?sedangkan perilakunya belum kita ketahui?"kataku sinis.
ehhh si ibu malah menjawab, "tidak apa-apa, insyaAllah dia amanah...gitukan Ron?"si ibu ikut percaya denganpenampilan luarnya yang rapi. semua teman setuju. mukaku memerah, agak marah. tapi tetap aku kalah untuk mencalonkan temanku yang lain sebagai ketua.
hari-hari kami lalui dengan sosok Rony sebagai tambahan di kelas. dia dekat dengan kedua teman laki-lakiku yang paling top di kelas, sebut saja helmi dan Ridwan.
aku sedikit kesal dengan anak itu,tampang kalemnya itu lhooo...bikin semua guru terpana. karena saking jarangnya sosok seperti itu ada di sekolah kami. (kecuali salah satu kakak kelasku yang di atasku satu tahun...heheh)
ternyata tampang itu juga yang membuat bapak guru matematika semakin percaya dia. terbukti dengan semua soal yang di berikan si Bapa ia kerjakan dengan mulus, plus angka 100 nangkring di depannya. owowow...aku semakin stress. karena aku paling sensi dengan dia.
karena itulah, teman-temanku semakin lengket dengan dia. karena bisa nyontek PR dari dia (parah).
akhirnya aku mengalah pada keadaanku yang riweh sendiri. cape juga sering sirik padanya. aku mendekatinya, aku ajak ia ngobrol banyak. ternyata subhanallah...banyak sekali ceritanya yang membuatku terharu biru. tentang keluarganya, tentang sekolahnya, tentang teman-temannya di panti asuhan...ya itulah kenyataan...
aku merasa menyesal dengan tingkahku yang berlebihan padanya. ku perbaiki sikapku padanya sebaik mungkin.
ibunya bercerai dengan bapanya. ia terpaksa menuntut ilmu di panti. itulah yang membuat ia sejenius itu.
ketika ia mau menginjak kelas tiga, Bapanya memintanya untuk tinggal di rumahnya untuk membantu-bantu pekerjaannya.
ia tinggalkan semua kenangan di panti, untuk sang ayah semata. tiap hari ia harus bekerja di bengkel kecil bapaknya, dengan gaji 10 ribu perhari, ia tabungkan sejumlah itu ke Ibu guru biologi. harus pulang tepat waktu, tidak ada libur...
ketika kami ada pengayaan untuk ujian, dia tak punya waktu, karena Bapaknya tak mengizinkan. maka dengan itu kami berbondong-bondong menyusulnya.
ku kenang sosok baik itu, dengan keripik singkong bawaannya, untuk di makan bersama-sama. memoriku cepat mengeluarkan kenanganku bersamanya. dimana saat ia memainkan harmonika, dimana saat ia menyukai sahabatku, dimana saat tawanya meledak, dimana saat ia mengalahkan Guru matematika dalam menyelesaikan soal, dimana saat kami rekam suara kami bersama, diman ia berikan buku diarinya padaku untuk ku baca, dimana saat Foto-foto itu aku buka kembali sekarang...wajahnya jelas mengekspresikan bahagia bersama kami. sebentar tapi kenangan tentang dirimu menyesakkan ingatanku...
mungkin seharusnya ia bisa jadi ahli otomotif, atau fisikawan yang yang sekarang sukses. tapi setelah kami keluar SMP, jejaknya tak ku temukan lagi...dan aku sempat lupakan.

dan saat ini dia datang kembali untuk mengenang lima tahun silam yang terlalu indah...masa kami ABG...
mengenangmu jadikan ku ingat pada sosok lintang, sang jenius dari belitong, Aset ilmuan Indonesia yang terabaikan.

Jumat, 19 Maret 2010

BELAJAR MENCINTA


Leo F. Buscaglia, begitu namanya. Seorang professor pendidikan di University of Southren California, di Amerika. Ia seorang dengan seabreg kegiatan sosial dan ceramah-ceramah tentang pendidikan. Satu tema yang terus menerus dibawanya dalam banyak ceramah, adalah tentang cinta.

"Manusia tidak jatuh 'ke dalam' cinta, dan tidak juga keluar 'dari cinta'. Tapi manusia tumbuh dan besar dalam, cinta," begitu katanya dalam sebuah ceramah.

Cinta, di banyak waktu dan peristiwa orang selalu berbeda mengartikannya. Tak ada yang salah, tapi tak ada juga yang benar sempurna penafsirannya. Karena cinta selalu berkembang, ia seperti udara yang mengisi ruang kosong. Cinta juga seperti air yang mengalir ke dataran yang lebih rendah.

Tapi ada satu yang bisa kita sepakati bersama tentang cinta. Bahwa cinta, akan membawa sesuatu menjadi lebih baik, membawa kita untuk berbuat lebih sempurna. Mengajarkan pada kita betapa, besar kekuatan yang dihasilkannya. Cinta membuat dunia yang penat dan bising ini terasa indah, paling tidak bisa kita nikmati dengan cinta.

Cinta mengajarkan pada kita, bagaimana caranya harus berlaku jujur dan berkorban, berjuang dan menerima, memberi dan mempertahankan. Bandung Bondowoso tak tanggung-tanggung membangunkan seluruh jin dari tidurnya dan menegakkan seribu candi untuk Lorojonggrang seorang. Sakuriang tak kalah dahsyatnya, diukirnya tanah menjadi sebuah telaga dengan perahu yang megah dalam semalam demi Dayang Sumbi terkasih yang ternyata ibu sendiri. Tajmahal yang indah di India, di setiap jengkal marmer bangunannya terpahat nama kekasih buah hati sang raja juga terbangun karena cinta. Bisa jadi, semua kisah besar dunia, berawal dari cinta.

Cinta adalah kaki-kaki yang melangkah membangun samudera kebaikan. Cinta adalah tangan-tangan yang merajut hamparan permadani kasih sayang. Cinta adalah hati yang selalu berharap dan mewujudkan dunia dan kehidupan yang lebih baik.

Dan Islam tidak saja mengagungkan cinta tapi memberikan contoh kongkrit dalam kehidupan. Lewat kehidupan manusia mulia, Rasulullah tercinta

http://www.dudung.net/artikel-bebas/belajar-mencinta.html

Kamis, 18 Maret 2010

Ahamiatul Dakwah (Urgensi Dakwah)



Seperti yang sudah di sebutkan, bahwa dakwah itu mempunyai makna : seluruh upaya untuk menyeru kepada islam. Adapun Urgensi dari dakwah ialah :

1. Menyampaikan amanah Allah, dalam surat Al-maidah ayat 67 Allah berfirman yang artinya:

Wahai rasul! Sampaikanlah apa yang di turun kan kepada mu. Jika tidak engkau lakukan (apa yang di perintahkan itu) berarti engkau tidak menyampaikan amanat-Nya. Dan Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia. Sungguh allah tidak memberi petunjuk bagi oarang-orang kafir.

2. Dakwah di butuhkan oleh umat manusia :

· Manusia menyadari eksistensi adanya Rabb

· Manusia itu pada dasarnya Ingin mengahambakan diri

· Manusia itu pada dasarnya ingin hidup teratur

Dakwah memiliki keutamaan, yaitu akhsanaul amali (pekerjaan yang sangat baik).

Karakter dakwah :

· Mengajak manusia kepada Allah (dakwah rububiah)

· Manhajiah (yang terkonsep)

· Marhaliah (yaitu dakwah yang bertahap). Adapun tahapannya :

a) Perbaikan individu

b) Membentuk rumah tangga yang islami

c) Membimbing masyarakat kepada opini islam

d) Membina pemerintah

e) Mengkosep khalifah

Implementasi dakwah:

· Membina umat agar siap menerima islam

· Berusaha untuk mengembangkan kultur islam

· Berusaha untuk mensupremasikan pemikiran islam

Adapun kapasitas dari kader-kader dakwah ialah :

- Mempunyai pemahaman yang memadai

-Memahami bahasa Arab

SEKEDAR NASIHAT UNTUK KAUM HAWA


1. Untuk membentuk bibir yang menawan, Ucapkan kata-kata kebaikan.

2. Untuk mendapatkan mata yang indah, Carilah kebaikan pada setiap orang yang anda jumpai.

3. Untuk mendapatkan bentuk badan yang langsing, Berbagilah makanan dengan mereka yang kelaparan.

4. Untuk mendapatkan rambut yang indah, Mintalah seorang anak kecil untuk menyisirnya dengan jemarinya setiap hari.

5. Untuk mendapatkan sikap tubuh yang indah, Berjalanlah dengan segala ilmu pengetahuan, Dan anda tidak akan pernah berjalan sendirian. Manusia, jauh melebihi segala ciptaan lain, Perlu senantiasa berubah, diperbaharui, dibentuk kembali, dan diampuni.

6. Jadi, jangan pernah kucilkan seseorang dari hati anda Apabila anda sudah melakukan semuanya itu, Ingatlah senantiasa, Jika suatu ketika anda membutuhkan pertolongan, Akan senantiasa ada tangan terulur.

7. Dan dengan bertambahnya usia anda, Anda akan semakin mensyukuri telah diberi dua tangan, Satu untuk menolong diri anda sendiri, Dan satu lagi untuk menolong orang lain.

8. Kecantikan wanita bukan terletak pada pakaian yang dikenakannya, Bukan pada bentuk tubuhnya, atau cara dia menyisir rambutnya.

9. Kecantikan wanita terdapat pada matanya, cara dia memandang dunia. Karena di matanyalah terletak gerbang menuju ke setiap hati manusia, Di mana cinta dapat berkembang.

10. Kecantikan wanita, bukan pada kehalusan wajahnya, Tetapi kecantikan yang murni, terpancar pada jiwanya, Yang dengan penuh kasih memberikan perhatian dan cinta yang dia berikan Dan kecantikan itu akan tumbuh sepanjang waktu.
http://www.facebook.com/group.php?v=app_2373072738&gid=277632018874#!/group.php?v=info&gid=277632018874

Senin, 15 Maret 2010

belajar shalat tepat waktu dari anak TK


sedikit mengingatkan sebuah ayat dari Firman Allah...yang intinya seperti ini: sesungguhnya anak yang baru di lahirkan dalam keadaan Fitrah atau suci.

sabtu siang kemarin (13/03), seperti biasanya keponakanku dari kakak yang ketiga mengisi weekand-nya di rumah kami. namanya Nisa baru masuk TK.
dengan celotehnya yang khas di umurnya yang mencapai 5 tahun, ia banyak bertanya kepada kami tante-tantenya, sedikit bingung memang...tapi aku jawab apa adanya selayaknya teman yang bertanya padaku...
ia bercerita tiada habisnya tentang sekolahnya, tentang belajarnya, bahkan memperagakan senam anak-anak TK tanpa malu-malu. kami akan tertawa dengan tingkahnya yang sangat lucu dan apa adanya.
pada suatu waktu ia bermain dengan ceria bersama adik-adikku ketika aku sedang online, karena banyak pekerjaan adik-adikku meninggalkan gadis kecil itu sendirian yang berkutat dengan pensil pewarnanya menelungkup di lantai.
ketika itu adzan menggema dari mesjid, ia terperanjat, dan langsung berlari menuju aku yang sedang asyik di depan komputer.
"bii (sebutan nisa padaku) ayooo kita shalat...." sambil menarik-narik tanganku...
"bentar" kataku dengan mata yang tak berpaling dari monitor...
"ceeepeeettttt..."katanya tak sabar.
"ya udah, nisa wudhu duluan aja...nanti bii nyusul..."kataku.
"nanti kalo salah ga ada yang benerin dong...." dengan ekspresi yang manyun..
"nisa kan udah bisa, bii tanggung dikit lagi nih..." aku beralasan
"ohhh....gini ya bii, cuci tangan 1 kali, kumur2 3 kali, cuci muka 3 kali, cuci tangan lagi sampe sini ( ia menunjukan sikut), usap rambut, trus bersihin kaki...."
"iya, itu bisa..."
ia berlari menuju kamar mandi untuk wudhu...cukup lama, sdkit bertanya-tanya...ngapain aja tu anak di kamar mandi? tapi akhirnya ia beres juga berwudhu...
"udah bii..."dengan sepuluh jarinya ia masukkan ke mulutnya. basah kuyup.
haduh gawat nih, aku berlari mengambil handuk dan mengganti bajunya...
giliran aku berwudhu...ketika aku beres berwudhu dia sudah merapikan sajadah dan memakai mukenaku yang jelas-jelas kebesaran, ia cukup menggunakan atasannya untuk menutupi tubuh mungilnya. ia tersenyum manis menungguku.
jadilah kami shalat berjamaah, aku memakai mukena adikku.

hmmm, Rabb...betapa khusyunya ia shalat, berdoa dengan sungguh-sungguh, mengangkat tangannya ketika selesai shalat sesuai yang di ajarkan Ummy-nya di rumah.

aku iri padanya, karena ia selalu mendahulukan shalat dari pada aktivitasnya ketika adzan memanggilnya.

aku iri padanya, ketika ia panjatkan doa-doa dengan mata yang terpejam...
bahkan ia melaksanakan shalat sunnat bada dzuhur....ah,,,subhanallah...sucinya anak ini, ponakan ku. smoga selalu jadi anak shaleh, menjadi timbangan kebaikan bagi orangtuanya...aminnn...

Minggu, 07 Maret 2010

the magic words


Sihir, di benak kita kata ini akan menggambarkan sosok Hary potter tokoh khayalan karya J.K. Rowling, atau sebuah tongkat nenek sihir yang di hentakan mengeluarkan percikan emas yang menjadikan suatu benda menjadi kodok ketika di katakan “abakadabra!”. Apapun artinya ataupun apapun yang tergambar di benakmu tentang sihir, terserah. Menurutku sihir adalah merubah sesuatu yang di rasa tidak mungkin terjadi ataupun terasa sangat mengaggumkan terjadi.

Tahukah kamu, kata-kata juga bisa membuat kamu tersihir ataupun jadi penyihir, sadar ataupun tidak sadar jangan-jangan kamu sudah tersihir selama ini.

Kata-kata sihir tidak bisa di gunakan oleh sembarang orang, hanya orang tertentu yang bisa menggunakannya. Begitupun objek yang akan di sihir, tidak sembarang orang bisa di sihir oleh penyihir kata-kata. Begitu lah teori dari analisis Firasat, hahaha...!

Berhubung penelitian oleh penulis baru sedikit (kaya skripsi aja ya?), hanya sedikit objek saja yang di teliti, dan itu pun belum di uji pada objek lain. Tapi ini serius sebuah megic! Merubah sesuatu yang di rasakan tidak mungkin terjadi!

Panggil saja salwa (bukan nama sebenarnya) sahabat ku ini berbeda dengan wanita lain, tidak tahu kenapa. Apakah wanita lain yang tidak normal ataukah dia sendiri? (tak ada yang menjawab, hanya rumput yang bergoyang, lagi dangdutan, he). Menurutku wanita lain lah yang tidak normal!

Salwa gadis manis tanpa jerawat ini sangat pendiam, hanya dengan orang terdekatlah dia bisa berbagi. Itu pendapatku, mungkin hanya dengan ku saja dia sedikit cerewet, tidak dengan orang lain bahkan teman sekelas. Sangat menyebalkan ketika pendiamnya terjadi pada saat suasana memerlukannya. Bicara satu huruf saja nggak, hanya senyum manisnya yang ia keluarkan. Yang membuatku kesal bukan kepalang.

Entah karena ia pendiam, ia tidak begitu dekat dengan teman perempuan lain bahkan dengan laki-laki di kelas. Ini adalah cerita pertama kali ia dekat dengan seorang teman laki-laki hanya bukan dekat, tapi hanya sekedar baru kenal. Suatu hari dosen salah satu mata kuliah memberi tugas kelompok dan ia sekelompok dengan beberapa orang laki-laki dan perempuan, salah satu laki-laki itu sebutlah namanya Rio. Terpaksa ia harus sering komunikasi dengan Rio. Terbayang tidak ketika mereka ngobrol pertama kali?, mata Salwa hanya terpaku pada lantai dan sepatunya, raut mukanya sangat tidak nyaman. Lama-kelamaan terbiasa hanya sekedar ngobrol seadanya, dari Rio lah Salwa bisa mengenal teman-teman Laki-laki lain sekelasnya. Sedikit peningkatan.

Lama-kelamaan Rio tertarik dengan Salwa, banyak strategi yang di lakukan Rioi untuk menarik perhatian Salwa gadis lugu itu. Contohnya, Rio menyuruh Salwa datang ke kampus pada hari minggu hanya untuk menyerahkan makalah, hanya sebuah alasan sih, sebenarnya ia ingin ngobrol dengan Salwa, dan memboncengnya pulang. Memang keterlaluan sih si Rio ini, rumah Salwa sangat jauh dari kampus.

Walau salwa terjebak oleh jebakan Rio tapi tidak terlalu terjebak. Pendiamnya kumat ketika ia bertemu, ia pun menolak di bonceng Rio. Sedikit lega...

Suatu hari sehabis kuliah ketika perutku sedang lapar sekali, waktu itu hari senin. Salwa sedang shaum waktu itu, ku biarkan dia sendiri menunggu di tempat duduk dekat gedung perkuliahan, sementara aku makan di kantin masih dekat sekitar 10 meter dari tempat duduk Salwa, Tiba-tiba ada sms dari Rio “yang lama ya makannya, awas lo kalo ganggu!”, ketika ku menoleh ke tempat Salwa duduk, sudah ada Rio sekitar 50 cm dari Salwa. Kurang ajar banget tuh anak. Ku perhatikan sepertinya mereka sedang ngobrol. Karena aku yang paling deket dengan Salwa, aku merasa harus bertanggung jawab atas keselamatan dia (hehe kaya apa aja).

Setelah beberapa hari dari hari itu, Salwa masih belum sadar bahwa ia sedang di incar Rio. Sms dan teleponRio ke Salwa di tanggap biasa-biasa saja. Padahal aku sudah di teror Rio untuk jadi makcomblang mereka. “Enak aja, gue ngasiin sahabat gue begitu aja.” Begitu ujarku ketika ia meneleponku tengah malam, dia keki bukan main. Aku benar-benar tidak rela Salwa di jadikan cinta palsunya Rio.

Hingga suatu hari ku katakan blak-blakan ke Salwa, bahwa Rio sedang mengincarnya. salwa bukan main tercengangnya, kasian anak itu, baru saja berinteraksi dengan teman laki-laki sekelas saja sudah terjebak. Dia sepertinya marah, karena dugaan baik pada Rio salah. Pada akhirnya hari-hari yang mendung ada di wajahnya. Tak pernah menjawab sapaan rio lagi, tak pernah balas sms, dan sekedar angkat telepon Rio.

Hari-hari belalu cepat, semester 1, 2, 3.... kami tingkat dua. Hubungan salwa dan Rio kaku seperti air es yang tak pernah berubah suhunya, seperti tidak mau mencair. Baru ku sadari, ada ketidak normalan pada handphone Salwa, bukan karena rusak ataupun apa, tapi ternyata dari sejak masuk perguruan tinggi ini salwa sudah sering berinteraksi dengan salah satu laki-laki anak kelas lain jurusan yang sama dan angkatan yang sama pula. Satu kelompok mentoring saat ospek dulu. Aku tahu itu, tapi aku tak peduli saat itu, hingga melupakannya, karena Salwa hanya berinteraksi di dalam HP saja, di dunia nyata mereka tak pernah satu kalipun menyapa ataupun sekedar senyum saja tidak! Sungguh suatu keluarbiasaan, terorganisir sekali ujian menimpa gadis ini, sampai aku tahu mereka sudah saling curhat, seperti teman dekat yang tidak pernah tampak.

Aku merasa menyesal tidak mempedulikannya dulu ketika dia merasa kesal dengan nomor baru yang selalu meng-smsnya pagi, siang, malam, hanya sekedar mengucapkan selamat saja. dia awalnya jaim (‘jaga image’ thea), karena si peng-sms sangat gigih, dan tak pernah lelah walau Salwa tidak pernah membalasnya. Si peng-sms sering memancing jawaban dari Salwa, contonya: karena Salwa orangnya rada Alim, dia bertanya soal Agama. Dan lama-kelamaan obrolan mereka nyambung, mereka berdiskusi tentang Agama ataupun tentang mata kuliah. Si peng-sms itu sebut saja Aldi, orangnya style kaos, celana pensil, spatu kets, dan kadang-kadang memakai switer. Pergaulan dengan teman-teman yang rada amburadul tapi kreatif, kadang-kadang suka nongkrong dengan teman-teman perampuan sekelasnya. Suatu yang sangat “menakjubkan” seorang Salwa yang lugu ini bisa nyambung dengan orang yang seperti itu, untung dalam dunia nyata (di luar Hp) mereka seperti tidak kenal. Tapi sedikit gawat.

Karena ternyata dia satu daerah kabupaten dengan ku, akhirnya aku kenal dia. Dan dia sangat tahu aku adalah sahabat Salwa, mulailah teror datang padaku. Sedikit berbeda tapi bisa mengakibatkan fatal, cara Aldi berbeda dengan cara Rio. Dia mendekatiku dengan banyak tema yang minta ia bahas, tapi aku sadar ujungnya pasti akan membahas salwa. Akan ku hentikan diskusi kita bila ia sudah menannyakan kabar Salwa. Dalam ilmu Public Relation basa-basi adalah suatu yang sangat menguntungkan bagi melancarkan suatu hubungan, sepertinya ilmu itu hendak ia praktekkan pada ku. Ia ingin rencananya berjalan lancar. Tapi ingat, aku tidak akan terjebak.

Aldi sangat cerdas. Kedekatan denganku saja sudah sangat bagus, ia sudah sering curhat padaku, layaknya aku adalah kakak baiknya. Dia suka mengeluh, menceritakan kesedihannya, ataupun kebahagiaannya padaku. Sepertinya semuanya bertujuan mendekati SAlwa.

Beberapa kali aku katakan, “aku tidak akan memberikan Salwa begitu saja, walau barang semenitpun,” dia hanya tertawa.

Curhatnya makin jauh, bahasannya pun semakin meningkat, yaitu selama dua tahun ia mencintai Salwa, tak ada gadis lain yang memikat hatinya selain Rosa. Bayangkan sejak pertama kali ospek! Tapi ingat, aku sama sekali tak peduli dengan cinta palu (maksudnya palsu).

Kedekatan denganku dengan aldi sudah dekat, dia sedikit sukses, apalagi kedekatan dengan Salwa.

Pernah Salwa curhat padaku, ketika ia mau shaum sunnah senin-kamis, dini hari ketika ia masih tidur, Aldi membangunkannya untuk sahur.

Kata-katanya mungkin persis seperti ini: “hey,masih tidur ya?banguun...sahur...”ucapkan dengan suara yang sangat lembuuuuuut sekali. Seperti ngebangunin bayi. Bagaimana perasaan perempuan di perlakukan seperti itu?

Salwa merasa menyesal telah mengangkat telepon Aldi, sungguh hatinya terasa kotor, dia istigfar beberapa kali.

Pernah suatu hari, tepat jam 3, ketika ia sedang qiamulail, Aldi meng-sms seperti ini:

“sal, nanti bangunin ya pas adzan shubuh, baru mau tidur nh, bis nonton bola.”

Salwa pertama cuek saja, emang dirinya alarm apa? Ketika adzan dan shalat shubuh, hatinya resah bukan main, perasaan Salwa yang terlalu baik ini menggelitik hatinya, baikkah membiarkan orang shalat shubuh kesiangan. Pada akhirnya, ia mengalah pada syetan, ia menghubungi Nomor Aldi, ketika tersambung...”woiiii, wake up!!!weke up!!!” dengan teriakan yang lumayan mencengangkan telinga yang mengangkat telphon. Ia tersenyum penuh kemenangan. Setelah setengah jam Aldi meng-sms, “makash udh d bangnn.td, saking kagetnya aku lonct dri kasur,bukannya ngambil handuk, malah bw2 slimut.haha, biar ga ngntuk mnum kopi yuk? Nh?” di bwah sms ada gambar dua cangkir kopi yang masih mengepul.

Ada saja taktik Aldi untuk mendekati Salwa, seperti ketika dia habis penelitian dari sebuah daerah, dia membeli mainan tradisional yang lucu buat anak kecil. “Sl aku beli mainan, rencananya buat adikku, tapi dia nggak mau, katanya sih jelek. Trus aku mau kasiin ke temanku si Cindy, dia juga nggak mau. Kamu mau nggak? Kalo nggak mau aku buang aja deh, buat apaan nyimpen mainan anak perempuan.”akhirnya Salwa menerima juga, dengan rada kebingungan. Emang niatnya juga buat Salwa, aku tahu itu.

Pernah juga, Salwa di titipi suatu barang yang di bungkus seperti kado, katany untuk temannya si Salwa, tapi ketika ada di tangan Salwa, katanya barang itu untuk Salwa. salwa pun akhirnya menyimpan barang itu.

Peningkatan lagi, kini Aldi menelepon Salwa seperti makan obat, tiga hari sekali bow. Hmmm...

Ketika sesuatu sudah menjadi kebisaan, maka bila sekali saja tidak ada akan terasa kehilangan. Begitupun dengan salwa, sehari saja aldi tidak meng-smsnya, dia gelisah, seolah-olah teman yang paling dekatnya adalah aldi. (aku di singkirkan, hiks..)

Contoh saja ketika Salwa ikut Aksi, Aldi tidak satu fikiran mengenai isu yang Salwa usung, mereka berdebat melalui SMS, Salwa keukeuh dengan pendapatnya Aldi juga. Tapi Aldi mengakhiri perdebatan yang sudah membuat nafas salwa turun naik menahan amarah dengan kata-kata, “pesen aku, jangan terlalu capek...” kata-kata seperti bunga sakura yang berjatuhan satu persatu dari pohonnya yang lebat.

Suatu ketika Rio melakukan gebrakan baru agar pujuaan hatinya tahu bahwa dia sangat mencin, cin, maksud ku, sangat menyukainya. Dia sudah menceritakan kesukaannya pada semua teman-teman di kelas. Sehingga kelas penuh dengan gosip antara Rio dan Salwa. Sungguh menyebalkan hati Salwa. Bukannya suka, malahan Salwasangat benci dengan tingkah Rio yang sok Protektif ke Salwa. Salwa di paksa presentasi, di paksa berdebat padahal dia gadis pendiam. Alasan Rio supaya Salwa aktif di kelas.

Salwa sangat malu dan marah atas perlakuan Rio, pada akhirnya kemarahanya tidak hanya di ceritakan padaku saja, tapi pada sahabat selulernya juga, Salwa. Salwa sering menghiburnya. Dia akan menelponnya saat Salwa menangis dan benar-benar perlu hiburan, dia akan bernyanyi untuk Salwa. Karena suaranya lumayan bagus.

Akhirnya Salwa terjebak pada magical wordnya Aldi. Ia sudah terlena sekarang. Karena candu dari magical word. Salwa sang pendiam, yang alim, yang semula teguh pendirian, pada akhirnya benteng yang ia bangun untuk menjaga hijab ia luruhkan sendiri.

Untuk akhwat, hati-hati dengan the magic words!