Minggu, 07 Maret 2010

the magic words


Sihir, di benak kita kata ini akan menggambarkan sosok Hary potter tokoh khayalan karya J.K. Rowling, atau sebuah tongkat nenek sihir yang di hentakan mengeluarkan percikan emas yang menjadikan suatu benda menjadi kodok ketika di katakan “abakadabra!”. Apapun artinya ataupun apapun yang tergambar di benakmu tentang sihir, terserah. Menurutku sihir adalah merubah sesuatu yang di rasa tidak mungkin terjadi ataupun terasa sangat mengaggumkan terjadi.

Tahukah kamu, kata-kata juga bisa membuat kamu tersihir ataupun jadi penyihir, sadar ataupun tidak sadar jangan-jangan kamu sudah tersihir selama ini.

Kata-kata sihir tidak bisa di gunakan oleh sembarang orang, hanya orang tertentu yang bisa menggunakannya. Begitupun objek yang akan di sihir, tidak sembarang orang bisa di sihir oleh penyihir kata-kata. Begitu lah teori dari analisis Firasat, hahaha...!

Berhubung penelitian oleh penulis baru sedikit (kaya skripsi aja ya?), hanya sedikit objek saja yang di teliti, dan itu pun belum di uji pada objek lain. Tapi ini serius sebuah megic! Merubah sesuatu yang di rasakan tidak mungkin terjadi!

Panggil saja salwa (bukan nama sebenarnya) sahabat ku ini berbeda dengan wanita lain, tidak tahu kenapa. Apakah wanita lain yang tidak normal ataukah dia sendiri? (tak ada yang menjawab, hanya rumput yang bergoyang, lagi dangdutan, he). Menurutku wanita lain lah yang tidak normal!

Salwa gadis manis tanpa jerawat ini sangat pendiam, hanya dengan orang terdekatlah dia bisa berbagi. Itu pendapatku, mungkin hanya dengan ku saja dia sedikit cerewet, tidak dengan orang lain bahkan teman sekelas. Sangat menyebalkan ketika pendiamnya terjadi pada saat suasana memerlukannya. Bicara satu huruf saja nggak, hanya senyum manisnya yang ia keluarkan. Yang membuatku kesal bukan kepalang.

Entah karena ia pendiam, ia tidak begitu dekat dengan teman perempuan lain bahkan dengan laki-laki di kelas. Ini adalah cerita pertama kali ia dekat dengan seorang teman laki-laki hanya bukan dekat, tapi hanya sekedar baru kenal. Suatu hari dosen salah satu mata kuliah memberi tugas kelompok dan ia sekelompok dengan beberapa orang laki-laki dan perempuan, salah satu laki-laki itu sebutlah namanya Rio. Terpaksa ia harus sering komunikasi dengan Rio. Terbayang tidak ketika mereka ngobrol pertama kali?, mata Salwa hanya terpaku pada lantai dan sepatunya, raut mukanya sangat tidak nyaman. Lama-kelamaan terbiasa hanya sekedar ngobrol seadanya, dari Rio lah Salwa bisa mengenal teman-teman Laki-laki lain sekelasnya. Sedikit peningkatan.

Lama-kelamaan Rio tertarik dengan Salwa, banyak strategi yang di lakukan Rioi untuk menarik perhatian Salwa gadis lugu itu. Contohnya, Rio menyuruh Salwa datang ke kampus pada hari minggu hanya untuk menyerahkan makalah, hanya sebuah alasan sih, sebenarnya ia ingin ngobrol dengan Salwa, dan memboncengnya pulang. Memang keterlaluan sih si Rio ini, rumah Salwa sangat jauh dari kampus.

Walau salwa terjebak oleh jebakan Rio tapi tidak terlalu terjebak. Pendiamnya kumat ketika ia bertemu, ia pun menolak di bonceng Rio. Sedikit lega...

Suatu hari sehabis kuliah ketika perutku sedang lapar sekali, waktu itu hari senin. Salwa sedang shaum waktu itu, ku biarkan dia sendiri menunggu di tempat duduk dekat gedung perkuliahan, sementara aku makan di kantin masih dekat sekitar 10 meter dari tempat duduk Salwa, Tiba-tiba ada sms dari Rio “yang lama ya makannya, awas lo kalo ganggu!”, ketika ku menoleh ke tempat Salwa duduk, sudah ada Rio sekitar 50 cm dari Salwa. Kurang ajar banget tuh anak. Ku perhatikan sepertinya mereka sedang ngobrol. Karena aku yang paling deket dengan Salwa, aku merasa harus bertanggung jawab atas keselamatan dia (hehe kaya apa aja).

Setelah beberapa hari dari hari itu, Salwa masih belum sadar bahwa ia sedang di incar Rio. Sms dan teleponRio ke Salwa di tanggap biasa-biasa saja. Padahal aku sudah di teror Rio untuk jadi makcomblang mereka. “Enak aja, gue ngasiin sahabat gue begitu aja.” Begitu ujarku ketika ia meneleponku tengah malam, dia keki bukan main. Aku benar-benar tidak rela Salwa di jadikan cinta palsunya Rio.

Hingga suatu hari ku katakan blak-blakan ke Salwa, bahwa Rio sedang mengincarnya. salwa bukan main tercengangnya, kasian anak itu, baru saja berinteraksi dengan teman laki-laki sekelas saja sudah terjebak. Dia sepertinya marah, karena dugaan baik pada Rio salah. Pada akhirnya hari-hari yang mendung ada di wajahnya. Tak pernah menjawab sapaan rio lagi, tak pernah balas sms, dan sekedar angkat telepon Rio.

Hari-hari belalu cepat, semester 1, 2, 3.... kami tingkat dua. Hubungan salwa dan Rio kaku seperti air es yang tak pernah berubah suhunya, seperti tidak mau mencair. Baru ku sadari, ada ketidak normalan pada handphone Salwa, bukan karena rusak ataupun apa, tapi ternyata dari sejak masuk perguruan tinggi ini salwa sudah sering berinteraksi dengan salah satu laki-laki anak kelas lain jurusan yang sama dan angkatan yang sama pula. Satu kelompok mentoring saat ospek dulu. Aku tahu itu, tapi aku tak peduli saat itu, hingga melupakannya, karena Salwa hanya berinteraksi di dalam HP saja, di dunia nyata mereka tak pernah satu kalipun menyapa ataupun sekedar senyum saja tidak! Sungguh suatu keluarbiasaan, terorganisir sekali ujian menimpa gadis ini, sampai aku tahu mereka sudah saling curhat, seperti teman dekat yang tidak pernah tampak.

Aku merasa menyesal tidak mempedulikannya dulu ketika dia merasa kesal dengan nomor baru yang selalu meng-smsnya pagi, siang, malam, hanya sekedar mengucapkan selamat saja. dia awalnya jaim (‘jaga image’ thea), karena si peng-sms sangat gigih, dan tak pernah lelah walau Salwa tidak pernah membalasnya. Si peng-sms sering memancing jawaban dari Salwa, contonya: karena Salwa orangnya rada Alim, dia bertanya soal Agama. Dan lama-kelamaan obrolan mereka nyambung, mereka berdiskusi tentang Agama ataupun tentang mata kuliah. Si peng-sms itu sebut saja Aldi, orangnya style kaos, celana pensil, spatu kets, dan kadang-kadang memakai switer. Pergaulan dengan teman-teman yang rada amburadul tapi kreatif, kadang-kadang suka nongkrong dengan teman-teman perampuan sekelasnya. Suatu yang sangat “menakjubkan” seorang Salwa yang lugu ini bisa nyambung dengan orang yang seperti itu, untung dalam dunia nyata (di luar Hp) mereka seperti tidak kenal. Tapi sedikit gawat.

Karena ternyata dia satu daerah kabupaten dengan ku, akhirnya aku kenal dia. Dan dia sangat tahu aku adalah sahabat Salwa, mulailah teror datang padaku. Sedikit berbeda tapi bisa mengakibatkan fatal, cara Aldi berbeda dengan cara Rio. Dia mendekatiku dengan banyak tema yang minta ia bahas, tapi aku sadar ujungnya pasti akan membahas salwa. Akan ku hentikan diskusi kita bila ia sudah menannyakan kabar Salwa. Dalam ilmu Public Relation basa-basi adalah suatu yang sangat menguntungkan bagi melancarkan suatu hubungan, sepertinya ilmu itu hendak ia praktekkan pada ku. Ia ingin rencananya berjalan lancar. Tapi ingat, aku tidak akan terjebak.

Aldi sangat cerdas. Kedekatan denganku saja sudah sangat bagus, ia sudah sering curhat padaku, layaknya aku adalah kakak baiknya. Dia suka mengeluh, menceritakan kesedihannya, ataupun kebahagiaannya padaku. Sepertinya semuanya bertujuan mendekati SAlwa.

Beberapa kali aku katakan, “aku tidak akan memberikan Salwa begitu saja, walau barang semenitpun,” dia hanya tertawa.

Curhatnya makin jauh, bahasannya pun semakin meningkat, yaitu selama dua tahun ia mencintai Salwa, tak ada gadis lain yang memikat hatinya selain Rosa. Bayangkan sejak pertama kali ospek! Tapi ingat, aku sama sekali tak peduli dengan cinta palu (maksudnya palsu).

Kedekatan denganku dengan aldi sudah dekat, dia sedikit sukses, apalagi kedekatan dengan Salwa.

Pernah Salwa curhat padaku, ketika ia mau shaum sunnah senin-kamis, dini hari ketika ia masih tidur, Aldi membangunkannya untuk sahur.

Kata-katanya mungkin persis seperti ini: “hey,masih tidur ya?banguun...sahur...”ucapkan dengan suara yang sangat lembuuuuuut sekali. Seperti ngebangunin bayi. Bagaimana perasaan perempuan di perlakukan seperti itu?

Salwa merasa menyesal telah mengangkat telepon Aldi, sungguh hatinya terasa kotor, dia istigfar beberapa kali.

Pernah suatu hari, tepat jam 3, ketika ia sedang qiamulail, Aldi meng-sms seperti ini:

“sal, nanti bangunin ya pas adzan shubuh, baru mau tidur nh, bis nonton bola.”

Salwa pertama cuek saja, emang dirinya alarm apa? Ketika adzan dan shalat shubuh, hatinya resah bukan main, perasaan Salwa yang terlalu baik ini menggelitik hatinya, baikkah membiarkan orang shalat shubuh kesiangan. Pada akhirnya, ia mengalah pada syetan, ia menghubungi Nomor Aldi, ketika tersambung...”woiiii, wake up!!!weke up!!!” dengan teriakan yang lumayan mencengangkan telinga yang mengangkat telphon. Ia tersenyum penuh kemenangan. Setelah setengah jam Aldi meng-sms, “makash udh d bangnn.td, saking kagetnya aku lonct dri kasur,bukannya ngambil handuk, malah bw2 slimut.haha, biar ga ngntuk mnum kopi yuk? Nh?” di bwah sms ada gambar dua cangkir kopi yang masih mengepul.

Ada saja taktik Aldi untuk mendekati Salwa, seperti ketika dia habis penelitian dari sebuah daerah, dia membeli mainan tradisional yang lucu buat anak kecil. “Sl aku beli mainan, rencananya buat adikku, tapi dia nggak mau, katanya sih jelek. Trus aku mau kasiin ke temanku si Cindy, dia juga nggak mau. Kamu mau nggak? Kalo nggak mau aku buang aja deh, buat apaan nyimpen mainan anak perempuan.”akhirnya Salwa menerima juga, dengan rada kebingungan. Emang niatnya juga buat Salwa, aku tahu itu.

Pernah juga, Salwa di titipi suatu barang yang di bungkus seperti kado, katany untuk temannya si Salwa, tapi ketika ada di tangan Salwa, katanya barang itu untuk Salwa. salwa pun akhirnya menyimpan barang itu.

Peningkatan lagi, kini Aldi menelepon Salwa seperti makan obat, tiga hari sekali bow. Hmmm...

Ketika sesuatu sudah menjadi kebisaan, maka bila sekali saja tidak ada akan terasa kehilangan. Begitupun dengan salwa, sehari saja aldi tidak meng-smsnya, dia gelisah, seolah-olah teman yang paling dekatnya adalah aldi. (aku di singkirkan, hiks..)

Contoh saja ketika Salwa ikut Aksi, Aldi tidak satu fikiran mengenai isu yang Salwa usung, mereka berdebat melalui SMS, Salwa keukeuh dengan pendapatnya Aldi juga. Tapi Aldi mengakhiri perdebatan yang sudah membuat nafas salwa turun naik menahan amarah dengan kata-kata, “pesen aku, jangan terlalu capek...” kata-kata seperti bunga sakura yang berjatuhan satu persatu dari pohonnya yang lebat.

Suatu ketika Rio melakukan gebrakan baru agar pujuaan hatinya tahu bahwa dia sangat mencin, cin, maksud ku, sangat menyukainya. Dia sudah menceritakan kesukaannya pada semua teman-teman di kelas. Sehingga kelas penuh dengan gosip antara Rio dan Salwa. Sungguh menyebalkan hati Salwa. Bukannya suka, malahan Salwasangat benci dengan tingkah Rio yang sok Protektif ke Salwa. Salwa di paksa presentasi, di paksa berdebat padahal dia gadis pendiam. Alasan Rio supaya Salwa aktif di kelas.

Salwa sangat malu dan marah atas perlakuan Rio, pada akhirnya kemarahanya tidak hanya di ceritakan padaku saja, tapi pada sahabat selulernya juga, Salwa. Salwa sering menghiburnya. Dia akan menelponnya saat Salwa menangis dan benar-benar perlu hiburan, dia akan bernyanyi untuk Salwa. Karena suaranya lumayan bagus.

Akhirnya Salwa terjebak pada magical wordnya Aldi. Ia sudah terlena sekarang. Karena candu dari magical word. Salwa sang pendiam, yang alim, yang semula teguh pendirian, pada akhirnya benteng yang ia bangun untuk menjaga hijab ia luruhkan sendiri.

Untuk akhwat, hati-hati dengan the magic words!

1 komentar:

  1. Hemmm... Nama Rosa, Anji, dan Yy nya kemana nech... ckckckckck

    BalasHapus